Rabu, 10 Desember 2008

cerita mami..

Catatan Hujan dalam Kemarau


Kunjungan Pertama. 5 Desember 2007

Kami berangkat sekitar pukul sembilan. Anggota kelompok berjumlah delapan orang. Kabarnya, LSM yang akan kami kunjungi ini adalah LSM yang mengurusi waria di kota Yogyakarta. Awalnya memang sedikit takut. Tapi perjumpaan kami pertama ini telah merubah pandangan kami selama ini terhadap kaum waria.


Apa itu Kebaya?

Keluarga Besar Waria Yogyakarta disingkat dengan nama Kebaya adalah sebuah organisasi dengan slogannya “Membantu dan Membangun Waria untuk Waria dan oleh Waria”. Bergerak dalam bidang penanggulangan HIV dan AIDS. Diprakarsai oleh sekelompok waria yang konsen terhadap laju epidemi HIV dan AIDS di Indonesia., khususnya di Yogyakarta. Berdiri tanggal 18 Desember 2006 dengan Akta Notaris nomor 38/Tanggal 22 Januari 2007.


Visi dan Misi

Visi :

Menurunkan angka inveksi HIV dan penanganan kasus AIDS di kalangan Waria di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Misi :

Meningkatkan taraf hidup Waria dengan masyarakat lainnyawarga negara Indonesia.


Sasaran dan Tujuan

Sasaran :

Individual dan kelompok yang ada di komunitas Waria di Yogyakarta, yang penekanan sasaran pada kelompok yang beresiko tinggi terhadap HIV dan AIDS.

Tujuan :

  • Memberikan informasi, Edukasi dan Advokasi kepada kelopok Waria tentang HIV dan AIDS.

  • Memberikan Konseling dan dukungan psikososial pada Kelompok Waria yang beresiko tertular HIV dan pada ODHA Waria.

  • Melakukan pendampingan pada kelopok Waria.


Kegiatan Kebaya

  1. Peningkatan keterlibatan dan menumbuhkan semangat kerelawanan di antara mitra strategis:

  • Pelatihan PE

  • Pertemuan PE

  1. Peningkatan pengetahuan dan kesadaran Mitra Strategis terhadap IMS, HIV dan AIDS.

  • Penjangkauan individual dan kelompok kepada sesama Mitra Strategis.

  • Edutainment.

  1. Pemberdayaan: Pelatihan Ketrampilan (Life-skill) pada waria usia lanjut.

  2. Pertemuan “Violet Community” :

Kelompok Dukungan Kebaya bagi komunitas ODHA dan OHIDHA di kalangan Waria wilayah Yogyakarta.


Rencana Program

Bekerjasama dengan badan-badan pemerintah maupun swasta, dalam maupun luar negeri untuk program-program pencegahan dan penganggulangan HIV dan AIDS.


Kepengurusan

Program Manager : Vinolia Wakijo

Keuangan/Administrasi : Yuni Shara

Koordinator Lapangan : Yetti Rumaropen

Petugas Lapangan : Ari Pardiana

Arum Marischa




Ceritanya Begini:

Tiba di sebuah rumah kontrakan sederhana. di sampingnya terdapat semacam bekas kolam yang tak terpakai. Katanya, tempat itu biasa dipakai main Voly oleh para Waria. Tak terbayangkan bagaimana nantinya. Katanya lagi, orangnya ramah-ramah. Pintu tertutup rapat tetapi di dalam terdengar suara televisi menyala dan terlihat seseorang sedang berbaring di depan televisi. Lama tak terdengar suara dari dalam rumah. Kami mengetuk pintu beberapa kali. Beberapa lama kemudian, muncul seseorang. Tak seperti Waria tapi lebih mirip seorang Pria.

“Maaf, Mami Vin-nya ada?” tanya Silvi.

“O..saya sendiri. Maaf tadi baru selesai mandi.” jawab seseorang yang akrab dipanggil Mami ini. Kami semua kembali tersenyum. Betapa ia telah menyambut kedatangan kami dengan ramah. Apalagi setelah tahu bahwa kami kenal dengan Mbak Titi. Mahasiswa Ilmu Pemerintahan yang lebih dulu mengenal Mami yang saat ini sudah dianggap seperti anak Mami sendiri. Bahkan Mbak Titi ini berencana untuk membuat skripsi tentang kebaya.

Kami dipersilakan masuk. Di depan pintu terlihat etalase kaca berisi barang-barang kebutuhan pokok. Di sebelah kanannya terdapat ruangan dengan tulisan di pintu, “ruang petugas lapangan” kami dipersilakan masuk ke ruangan itu. duduk lesehan lalu mami keluar sebentar.

Sebuah ruangan sederhana. tak banyak perabotan di situ. Hanya beberapa map berisi tumpukan kertas, sebuah rak dengan sedikit buku-buku. Lalu di bawah jendela terdapat dua buah meja kecil dengan vas bunga di atasnya. Lantainya dilapisi dengan karper platik dan pada dinding di sebelah kanan pintu masuk ruangan terdapat semacam tata tertib yang ditempelkan. Isinya tentang peraturan termasuk jam buka dan tutup, wajib berpakaian rapi, dan sebagainya. Sedangkan dinding di dalam ruangan lebih banyak ditempeli poster-poster tentang penggunaan kondom, penanggulangan HIV dan AIDS juga tentang larangan penggunaan narkoba. Kami duduk melingkar sementara mami duduk di bawah jendela yang lurus dengan pintu masuk ruangan.

Wawancara pun kami mulai. Dan ini adalah sebagian kecil catatan kami. Tentang Kebaya, Waria dan Mami Vin.

Kebaya merupakan salah satu lembaga yang berhasil didirikan atas prakarsa dan dedikasi mami Vin. Lembaga ini mendapat bantuan dana dari UNAIDS Swiss. Beruntung bahwa lembaga ini tak melihat tingkat pendidikan mami Vin yang katanya Cuma lulusan SD tapi melihat bagaimana aktifitasnya di lapangan. Peran media juga sangat membantu membesarkan nama lembaga ini yang ternyata sudah dikenal secara internasional. Lembaga donor ini telah melihat bagaimana kerja keras Mami dalam pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS. Sebelumnya, Mami pernah bergabung ke PKBI selama 14 tahun. Namun, akhirnya bisa mendirikan lembaga sendiri yang concern terhadap permasalahan waria. Lembaga donor akhirnya menawarkan bantuan. Mereka tak butuh proposal secara formal, justru setelah memberikan dananya, mami baru diajari membuat proposal sebagai persayaratan formal. Lembaga ini memberikan dana dalam rentang waktu setiap tahun. Namun, melihat aktifitas Kebaya dan program-program yang memang sejalan dengan misi lembaga donor, maka UNAIDS berencana akan memberikan dana dalam kurun waktu empat tahun sekaligus.

Lembaga donor memilki program-program yang sejalan dan se-visi dengan kebaya. Beberapa diantaranya adalah merubah perilaku waria dan mensosialisasikan perilaku sehat bagi para waria. Melakuakan test AIDS dan rajin memeriksakan diri ke klinik. Bagi waria yang sudah positif maka Kebaya melarang mereka untuk keluar malam lagi. Secara khusus, Kebaya membentuk Violet Community. Komunitas ini khusus dipeeruntukkan bagi para ODHA. Dari segi pembiayaan, komunitas ini mendapat bantuan dana dari lembaga Spiritia Jakarta yang juga menangani permasalahan serupa.

Dalam sosialisasi dan hubungannya dengan masyarakat, waria merupakan salah satu kelompok minoritas yang terkadang tidak dapat mengakses hak-hak mereka sebagai warga negara. Dikotomi antara wanita dan pria dan stigma negatif dari masyarakat sangat menyulitkan mereka terutama dalam bidang pekerjaan. Lapangan pekerjaan mereka sangat terbatas. Mungkin hanya bisa jadi pengamen, kerja di salon, atau menjadi pekerja sex komersial.

Secara psikologis, waria juga mengalami semacam beban mental ketika mereka dikucilkan masyarakat, lingkungan pendidikan atau bahkan keluarga mereka sendiri. Selain itu, banyak kendala yang dimilki oleh seorang waria. Salah satunya adalah tingkat pendidikan yang rendah. Hal ini menyebabkan para waria tak banyak yang tahu informasi tentang bahaya AIDS. Oleh karena itu, Kebaya hadir sebagai salah satu lembaga yang berfungsi melakukan sosialisasi tentang penyakit mematikan ini kepada para waria.

Meskipun baru satu tahun berdiri dan merupakan lembaga yang berusaha mengdvokasi para waria, Kebaya telah menunjukkan eksistensinya. Kemunculannya kemudian membuka cara berpikir baru bagi sebagian masyarakat bahwa tak selamanya waria itu seperti yang mereka pikirkan. Kebaya telah berhasil membangun jaringan dengan dinas sosial dan dinas kesehatan dalam rangka pelaksanaan program-programnya.

Banyak filosofi yang kami terima dari seorang mami Vin. Membangun sebuah lembaga sebenarnya tak butuh orang-orang yang pinter. Tapi butuh orang-orang yang tulus dengan pengabdiannya. Melayani dengan hati nurani. Sebuah panggilan jiwa untuk memotivasi para waria dengan segala permasalahan hidupnya. Kehidupan para waria yang banyak mendapat tekanan dari berbagai pihak memaksa mereka untuk hidup secara apatis dan statis dengan ruang pekerjaan yang hanya itu-itu saja. Berjuang dengan cara mereka sendiri. maka perlu adanya motor penggerak untuk melakukan perubahan pola hidup, perubahan terhadap perilaku waria.

Pola hidup waria sangat rentang terhadap adanya infeksi HIV dan AIDS. Pekerjaan mereka sebagai pekerja sex komersial, sebagai orang-orang malam, sangat rentan terhadap penularan penyakit ini. ditambah lagi dengan seringnya mereka berganti-ganti pasangan. Penanggulangan HIV dan AIDS tak akan pernah bisa dilakukan hanya melalui penjelasan dan teori-teori. Perlu adanya aksi dengan turun ke lapangan, memberika sosialisasi secara langsung terutama kepada waria yang menjadi PSK. Aksi semacam ini juga tak akan berhasil tanpa di dukung kerha sama. Setiap kegiatan yang dilakukan pasti membutuhkan kerja sama. Dari pemerintah diharapkan mampu menjamin hak waria dan bisa menganggap waria sebagai bagian dari masyarakat.

Selain dari pihak pemerintah, kerjasama dengan masyarakat juga sangat diperlukan. Banyak dari mereka yang menyudutkan para waria. Apalagi jiga dikaitkan dengan agama. Paling tidak masyarakat seharusnya bisa menjadi seorang pendengar yang baik dalam forum-forum diskusi yang mulai kerap diadakan. Kata mami Vin, “semakin bijaksana kita maka semakin kita bisa menerima pilihan orang lain.” Lalu ia menjelaskan bahwa menjadi seorang waria adalah panggilan hati nurani. Setiap orang memili jalan hidupnya sendiri. ketika mereka merasa nyaman dengan keadaan mereka, menikmati dan tak pernah mengganggu orang lain, lalu dimana letak kesalahannya?

“Akan lebih arif ketika kita bisa berfikir positif terhadap waria. Tidak semua seperti apa yang kita bayangkan selama ini. orang seperti saya ini juga memiliki konsep hidup dan hal yang saya perjuangkan. Kita semua ini sedang berproses. Demikin juga para waria yang dijalanan. Mereka juga sedang berproses kerena tak banyak yang bisa mereka lakukan.” Lanjut mami Vin. Lalu ia melanjutkan bahwa keadaan saat ini sudah sedikit membaik. Pelayanan di Rumah Sakit Sardjito juga mulai terbuka bagi para waria. Demikin juga dengan masyarakay yang telah banyak mengundang mami Vin dalam berbagai forum diskusi. Bahkan ia juga menyebut nama seperti Muhaimin Abdullah dan KH. Amroli yang juga mulai terbuka menerima mereka. Namun sebenarnya, kendala serius yang dihadapi oleh Kebaya secara umum dan mami Vin khususnya adalah bagaimana manumbuhkan kesadaran di internal waria itu sendiri.

Masalah keyakinan, itu juga adalah pilihan. Sebagian dari kami adalah Islam. Ada juga yang sholat. Kalau mami sendiri katanya tak sholat tapi ia percaya adanya Tuhan. Bahkan ia sering berjilbab ketika menghadiri berbagai forum. Masalah pakaian adalah masalah keamanan. Demikin juga ketika sholat, ada yang memilih berada di barisan laki-laki atau di barisan perempuan. Tapi terkadang masyarakat belum bisa menerima mereka. saat Jum’atan misalnya. Sehingga mereka ceenderung beribadah dengan cara mereka sendiri.

Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh Kebaya. Sebagian programnya berisi sosialisasi penanggulangan dan pencegahan AIDS. Kebaya juga banyak diundang untuk berdiskusi dalam forum-forum. Renacana kedepannya, Kebaya akan melakukan pelatihan dan pemberdayaan waria yang lanjut usia. Hal ini sangat penting dilakukan karena usia hidup waria relatif singkat. Profesi yang mereka jalani menuntut penampilan yang menarik, bentuk tubuh yang bagus yang tak bisa mereka dapatkan saat menginjak usia sekitar lima puluh tahun. Akibatnya, banyak waria yang melakukan bunuh diri karena putus asa tak dapat melakukan pekerjaan untuk menyambung hidup.

Bebarapa hari kemaren, merupakan hari yang sibuk bagi Kebaya dalam memperingati hari AIDS sedunia. Kegiatan mereka banyak dilakukan dengan mengisi hiburan di kafe, kegiatan jalan sehat yang berpusat di Benteng, dan yang peling penting adalah mereka telah dikontrak Pemerintah Kota Yogyakarta untuk melakukan penutupan pameran di JEC. para aktifis Kebaya juga sering melakukan diskusi dengan Komisi E DPRD kota Yogyakarta. Pernah beberapa kali ditawari untuk mendukung partai tertentu. tapi nampaknya Kebaya tidak akan berpolitik terlebih dahulu dengan alasan partai yang mengajak mereka bergabung belum tentu bisa menjamin eksistensi mereka. Mereka juga cenderung mandiri dalam pelaksanaan program-program mereka. Tidak menunggu pemerintah yang mungkin terlalu sibuk untuk mengurusi waria dan AIDS.

Secara internal, Kebaya juga melakukan sosialisasi yang dibagi dalam tiap-tiap wilayah karena banyaknya anggota sedangkan tempat yang dimiliki kurang representatif untuk menampung semunya. Solusinya adalah membagi anggota dalam wilayah-wilayah seperti di Kricak yang memiliki jumlah anggota sekita 50 oranh. Mereka tinggal dalam dua RT. Selain di Kricak, anggota Kebaya tersebar di wilayak-wilayal lain seperti Bantul dan Gunung Kidul. Pada tanggal 14 februari mendatang, Kebaya berencana untuk menagdakan pertunjukan Operet. Sebentar lagi katanya akan mulai latihan, sementara sang koreografer dikisahkan masih berada di Venezuela.

Prestasi secara individu, Kebaya berhasil mendapat pengahargaan Putri teladan dalam kontes Miss Waria di Jakarta beberapa waktu yang lalu. Kebaya mengurimkan tiga delegasi dan tiga-tiganya masuk tiga puluh besar. Sementara yang dua orang masuh sepuluh besar. Putri teladan ini adalah seorang guru yang tuna rungu di sebuah Sekolah Luar Biasa. Namun ia adalah seorang penari yang hebat dalam asuhan Didik Nini Thowok.


Bahan pembicaraan rasanya telah menguap dalam sebuah dialog yang menyenangkan. Semua terdiam dan akhirnya kami memutuskan untuk berpamitan. Mami Vin akan memperkenalkan kami kepada siapa saja yang tinggal di situ. Kami mengikutinya dari belakang setelah berjabat tangan dengan senyum mengukir di wajah.

Kami tak ingat lagi nama mereka yang telah diperkenalkan kepada kami. Hanya saja kami berkesempatan untuk melihat tata ruang dalam rumah kontrakan tersebut. Setelah pintu masuk, langsung menuju ke ruangan santai untuk menonton televisi. Di depan televisi terdapat seorang waria lagi bobok. Capek katanya. Belok ke arah kanan terdapat pintu lalu semacam lorong yang di sebelah kirinya terdapat beberapa kamar. Salah satu kamar tersebut digunakan sebagai salon. Terdapat peralatan salon yang tertata rapi. Dan di kamar berikutnya tercium bau harum masakan. Tiga orang waria nampaknya sedang memasak menu makan siang di dapur. Setelah itu kami kembali ke pintu depan dan segera pulang. Sebelumnya sempat saling berkelakanr akan mengadapan pertandingan voly antara timnas waria dan anak-anak JIP.

Kami pulang dengan membawa buncahan pemikiran. Seandainya semua masyarakat bisa berdialog dengan mereka seperti kami. Lalu banyak seandainya-seandainya yang lain muncul mengikuti………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar