Malam ini aku menahan sekuat tenaga untuk tidak
mengirimkanmu pesan atau semacamnya. Malam kemarin kau muncul begitu saja dalam
mimpiku. Barangkali memang karena sebelumnya aku membacai status facebook
seorang teman tentang mimpi akibat hal-hal yang direpresi. Ah, taek.
Dalam mimpi aku bertemu denganmu di sebuah koridor kampus. Aku
tidak tahu tempat itu. Mungkin sebuah latar yang pernah kulihat dalam film. Tempatnya
begitu tak asing dan akrab. Kau muncul dengan tas ransel hitam buluk, dengan
flanel kotak-kotak hijau muda yang itu. Aku tak ingat pembicaraan kita. Yang pasti
bukan soal ruwet dan omong seng lainnya. Sebuah perjumpaan yang biasa. Tanpa luapan
rindu atau ungkapan-ungkapan membosankan lainnya.
Anehnya, aku berjumpa dengan ibumu yang mendekap buku-buku
tebal. Ibumu berambut pendek, memakai rok span di bawah lutut dengan baju merah
tua berhias bunga yang terkesan terlukis samar. Aku justru mengingat dengan
jelas pembicaraanku dengan ibumu. Sambil berjalan menyusuri koridor, kami membicarakan
sifatmu dan kondisi kesehatanmu. Fak!
Kau baik-baik saja? kenapa aku hanya bisa menulis tentangmu? Entah apakah aku masih boleh menanyakan
pertanyaan semacam itu. Rasanya begitu jauh, begitu konyol sekaligus
menyedihkan. Sudah. Cuma ini.
3 April 2015