Minggu, 11 Oktober 2009

Sang Bagaskara

SANG BAGASKARA

karipta dening: dipoyono


Sang bagaskara

Yen isuk,

Jumedul ing sisih wetan

Kang nggawa panguripan

Sakabehing janma

Sakabehing tetuwuhan


Sang bagaspati

Kang cumlorot ing saben ari

Kang paring daya mring awak mami

Mahanani bisa nyambut kardi

Ngabdi mring negari


Dhuh Gusti

Mugi-mugi

Sorote sang bagaspati

Mracenani padhanging ati

Tansah tuhu eling mring gusti


Dhuh Gusti

Mugi-mugi

Sorote sang bagaskara

Ngobong ati kang leno

Dadya manungsa

Kang tansah laku utama


(kapan bapak bisa nggurit maneh?)

Parikan Saka KKN ing Gedhongan

Parikan Saka KKN ing Gedhongan

Wengi-wengi nonton voli
Penonton padha sesorak rame ning ati kok malah sepi

Uwit jati ditandur cedhak klapa
Yo wis lah ra apa-apa

Awan-awan ngisis ning ngisor wit pete
Kok kanca-kanca wis oleh pasangan dhewe-dhewe

Pete disambel diguwak kulite
Seneng wae smsan karo pemuda kene

Uwit gayam cedhak pari
Si zulham kaya ceblok tresna karo asti

Wedange panas mangar-mangar
Nek dita cedhake karo sing jenenge yanuar

Nonton jathilan karo ngombe kopi
Kayane nisa dadi cocok karo duwi

Ning tegalan nyolong tela
Trus aku karo sapa yo?

Janur kuning mangklung ning kali
luweh wae lah, tinimbang nggerus ati

Minggu, 14 Juni 2009

Parikan wong kelangan

(wengi-wengi tak kirim marang dheweke kanthi lantaran pesen cekak jroning sms)

Kembang mlathi dironce-ronce
Kene setengah mati, kono ra piye-piye

Jenang gula jenenge glali
Tetep kelingan ra bisa lali

Pari gogo parine welut
Mati urip kula kepengen tumut

Wewe puteh ra nduwe untu
Sing digondheli kok malah mlayu, po malah turu???

Tembang wengi sekare gambuh
Pancen kowe mung bisa dadi uwuh

Dhuwur-dhuwur uwit klapa
Sing wis di apa-apa njur ditinggal lunga—njur kelara-lara
Lha sing kono—lha kok malah wis mangku randha sanga

Lemah teles, mbok yo pisan-pisan dibales
Lemah abang, apa pancen aku wis dibuang
Lemah kuning ing njero segara
Wengi-wengi cen enake ngridhu lungiting asmara

Lemah ijo ditelesi, ayo gek bali nata ati
Senajan ora bisa lali
Yo dilali-lali, nganti lali, keli neng kali
Wancine wis wengi
Edane gek ndang dilereni

Selasa, 19 Mei 2009

Nemu coretan di antara catatan kuliah: Nalika ngalamun, ngambara ing awang-awang

Dalam pertemuan pertama kuliah Sosiologi Perkotaan

Telah senja usianya. Sayang saya bukan si penulis kematian sebagaimana yang tercerita dalam salah satu prosa Puthut EA. Kalaupun saya adalah dia, tentu saya tak akan menulis tentang dia. Tak sopan memang membicarakan beliau begini. Ilmunya masih sangat dibutuhkan untuk perbaikan perkotaan di negeri ini. Saat ini belum juga saya mengenalnya, hanya sekadar nama. Barangkali ia tak seperti apa yang saya dan mungkin teman-teman kira. Usia senjanya masih dipenuhi semangat untuk mengajar kami. Sedang kami hanya ngantuk-ngantuk atau malah mengobrol tentang hal lain. Sudah empat puluh lima menit dihabiskan hanya untuk menyampaikan teknis kuliah. Tersirat meminta kami untuk memaklumi keterbatasannya dalam semangatnya yang masih luar biasa. Baru kemudian beliau menyampaikan substansi kuliah ini. Tentang sosiologi perkotaan sebagai disiplin ilmu, banyak permasalahan, bukan hanya asal ngomong tentang kota, dan seterusnya.

.......salam pada pucuk daun merah jambu. Yang tampak malu menantang garangnya matahi pagi ini. Salam pada riang burung pucuk reranting. Sedikit menggoyangkan tempatnya berpijak, lalu terbang kembali. Salam kepada aku yang angin, salam pada kepak sayap kupu kuning semu. Salam pada aku yang langit. Salam pada aku yang awan, aku yang menjelma dedaunan, aku yang menjadi zat asam dan segala unsur dalam udara, aku yang segalanya.......

Sosiologi perkotaan dipengaruhi oleh mahzab Chicago, lahir dan berkembangnya tidak lepas dari sosiologi pedesaan. Saat desa dan kota masih dikotomik, memiliki perbedaan ekstrem hitam dan putih. Terdapat isolasi fisik dimana terdapat keterpisahan secara signifikan.......

...............................

Bagaimana aku bisa kembali mencipta puisi

Kita pernah menghayat dalam pekat

Mencair bersama pedih mendidih

Dan waktu mulai menjadikanmu lain

Tak lagi nangkring di tingkap jendelaku

Pada pagi membatu

Menjual senyummu

Dan kubeli dengan secangkir kopi susu

Hilangmu mengada kembali

Lalu kembali kau menjejakkan kakimu pada bumi

Aku mengada kembali tanpa kau

...........................

Telah kupadamkan matahari dengan selarik hujan

Aspal jalanan menguapkan panasnya

Menjadi segantang asap kenangan

............................

Tembok-tembok kota telah lelah menyerap suara

Kau katupkan kelopak matamu sesaat lalu

Membayangkan tulang-tulang kerontang

Sedang aku

Masih setia menghabiskan sisa nafasmu menjelang petang

...........................

Untuk hari ini, akan kutitipkan kedua mataku kepadamu. Kau bisa memakainya untuk hiasan kemeja. Dan kau bisa memakainya untuk melihat lebih jelas dengan dua pasang mata. Betapa gemerlap gelap dunia. Dalam sehari tanpa sepasang mata.

...........................

Kadang pikiran bisa terlalu ekstrem kalau dibiarkan. Ketika aku merasa ingin mengumpatmu sejadi-jadinya. Karena membenci adalah makna dari kedalaman kasih. Lalu perlahan, kebencian ini akan membunuhku dan membunuhmu. Perlahan dan sangat perlahan. Sampai kau merasakan batas dari kesakitanmu. Dan inilah waktu ketika kenikmatan yang sebenarnya bisa terasakan. Tertawalah kau membaca tulisan ini. Sampai pecah petala langit. tuhan bisa mendengar aku tertawa. tuhan bisa pula melihat kejahatanku saat aku membunuhmu dan membunuhku sekaligus. Pembunuhanmu dan ku adalah secuil dari kejahatan yang pernah kuceritakan kepada orang. kau telah mati. Tapi aku tetap saja tak pernah berhenti meneleponmu setiap hari di tengah malam.
.......................................
Beberapa tercipta waktu kuliah Kapita Selekta Pemerintahan, juga Sosiologi Perkotaan. Maafkan kalau saya terlalu ngelantur dan tak pernah serius mendengarkan..

Rabu, 25 Maret 2009

Ilmu Pemberdayaan

18 Maret 2009

Ilmu Pemberdayaan

Sore yang panas, melebihi cuaca pada umumnya. Suara gareng pung (sejenis serangga pohon) menjadi penanda Indonesia mulai memasuki musim panas tahun ini. Apa yang terjadi pada masyarakat Indonesia di musim ini? Semua masih seperti biasanya. Mereka menjalani kehidupan dengan biasa-biasa saja. Sebagaimana adanya. Saat mereka merasa merdeka dan gembira dalam ketertindasan.

Masyarakat yang sudah dijajah, kalau sudah lama tak dijajah lagi, maka mereka akan mengingatkan sang penjajah, “Kok, kami tak dijajah lagi ya?” analogi ini bisa digunakan untuk menjelaskan konsep pemberdayaan.

Jika Anda menjadi seorang pemimpin, lalu ditanya rakyat, “Saya tak butuh demokrasi, saya tak butuh kemerdekaan, tapi saya hanya butuh makan,” lalu apa jawaban Anda?

Orang paling tertindas, terjajah di negeri ini sebenarnya adalah buruh dan karyawan. Tapi uniknya, orang Indonesia banyak yang antri untuk jadi buruh dan karyawan. Konsep pemberdayaan sebernarnya dekat dengan konsep kemerdekaan. Ruh dari pemberdayaan adalah keinginan untuk merdeka. Tapi asal tahu saja kalau ditindas itu lebih nyaman dari merdeka. Lihat saja, jumlah orang yang antri untuk ditindas lebih banyak daripada orang yang antri untuk merdeka. Ironisnya lagi, orang yang menindas itu lebih sedikit dari pada yang mau ditindas. Celakanya, mau ditindas saja harus pakai syarat dan orang Indonesia justru banyak yang tidak memenuhi syarat untuk prosesi penindasan itu.

Orang yang makmur tapi tak merdeka, sebagaimana seekor burung peliharaan orang kaya. Hidup dalam sangkar emas memang bisa makmur. Bayangkan saja berapa biaya yang dikeluarkan orang kaya untuk merawat burung kesayangannya. Mulai dari asupan makanan terbaik, kebersihan sangkar, sampai pemeriksaan kesehatan rutin setiap bulan. Namun, yang punya burung ini tak pernah bertanya sekalipun apa keinginan burungnya. Mau makan apa dia? Si tuan tak pernah pedulikan.

Oleh karena itu, ada beberapa indikator untuk mengetahui orang yang berdaya. Pertama, bisa memenuhi kebutuhan dasarnya: sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan. Kebutuhan fisik dan sosial yang bisa terpenuhi dalam indikator pertama ini masih diklasifikasikan sebagai kebutuhan dasar setingkat hewan. Kebutuhan ini bisa terpenuhi apabila menjadi ‘monyetnya orang kaya’ atau ‘kucingnya orang kaya’. Indikator orang berdaya dalam hal ini masih menganut teori sosial lama.

Teori sosial lama kemudian mulai surut dengan kehadiran Gerakan Sosial Baru (GSB). The New Social Movement ini menganut ideologi post-materialisme. Orang tidak lagi cukup dengan pemenuhan kebutuhan dasarnya secara fisik. Manusia hidup butuh cinta, pengakuan, keadilan, dan rasa aman. Setiap orang memerlukan pengakuan atas hak-hak dasarnya. Hal ini mendasari disahkannya 10 Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Konfensi Genewa.

Sebuah cerita dari Madura pada masa Orde Baru bisa menggambarkan ironi ketertindasan manusia saat tak bisa menggunakan hak pilihnya. Saat itu pemerintah sedang gencar-gencarnya melakukan sosialisasi nilai-nilai luhur Pancasila melalui penataran P4. Tempat penataran telah dipersiapkan, dengan penjagaan ketat dari Babinsa. Waktu berlangsungnya penataran telah tiba. Ditunggu lama, tak satu pun warga yang muncul. Para Babinsa akhirnya mengalah untuk mendatangi beberapa rumah warga. Salah satu warga mengatakan dengan logat Maduranya yang khas, “Buk-abuk. Lha wong nyoblos PPP (baca:P3) saja tak boleh, kok malah disuruh P4 (baca: datang penataran P4).” Tugas seorang pemimpin adalah membangun pendidikan kewargaan. Dan inilah yang banyak dilupakan pemimpin negeri kita saat ini. Meskipun, caranya tidak harus se-ekstrim apa yang dilakukan pada masa Orde Baru. Dampaknya, jangankan untuk memenuhi dan mempertahankan kebutuhan dasarnya, masyarakat sekarang bahkan ada yang tak tahu apa haknya.

Kedua, indikator orang yang berdaya adalah mampu berpikir kritis. Ia tahu siapa yang dirugikan dan siapa yang diuntungkan. Dalam kebijakan publik misalnya, memang tak bisa menguntungkan semua pihak. Tapi setidaknya, kembali kita tahu siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan dengan implementasi kebijakan tersebut.

Ketiga, indikator orang yang berdaya adalah mampu mengakses pusat-pusat sumberdaya. Sebagaimana sebuah radio, ia mempunyai antena yang tinggi, mampu menangkap sinyal dengan jangkauan tinggi. Ia mempunyai jangkauan informasi yang luas, dan instrumen untuk memilikinya adalah dengan penguasaan bahasa.

Keempat, be a part of organisasi rakyat. Dalam rangka menyelesaikan masalah HAM, seseorang harus tergabung dalam organisasi sosial. Ia tak bisa memperjuangkan nasibnya sendiri. Misalnya, seorang pedagang Malioboro yang selalu diganggu preman. Akan lebih mudah melakukan perlawanan atau melaporkan ke pihak berwenang apabila mengatasnamakan Persatuan Pedagang Malioboro.

Kelima, memiliki kontrol sosial, kontrol terhadap kebijakan yang merugikan.
Konsep pemberdayaan di Indonesia ini tidak jelas. Indikator yang terdapat pada nomor satu sampai lima tidak mencantumkan kata modal di dalamnya. Tapi, wacana yang berkembang adalah setiap pemberdayaan dapat dilakukan apabila mempunyai modal. Padahal, modal sebenarnya hanya dipikirkan oleh ‘tulang miskin’. Sedangkan orang yang berdaya adalah orang yang mempunyai semangat untuk berprestasi, bukan semangat untuk mendapat untung.

Anak muda tetangganya orang yang ngomong tentang pemberdayaan ini, suatu hari menghampirinya. Ia lalu berkata, “Mas, Anda kan punya kenalan di bengkelnya Anu to? Mbok, saya dititipkan di sana. Tak dibayar pun tak apa-apa. Yang penting saya bisa bekerja dan mendapat pengalaman.” Enam tahun berikutnya, anak muda itu sudah bisa mendirikan bengkelnya sendiri. Ia menggunakan kesempatan yang dimilikinya untuk belajar sebaik-baiknya. Membuka bengkel pun ia tak butuh modal. Ia hanya mengelola aset bengkel yang sudah bangkrut milik seseorang. Segala fasilitas yyang ada ia kelola dengan baik hingga bengkelnya ramai dikunjungi. Dari cerita ini, dapat disimpulkan bahwa modal adalah pembunuh utama bagi sang pemberdaya. Orang Indonesia selalu berpikir tentang aset dan investasi tanpa bisa dengan baik mengelolanya, hingga para pegawainya pun diimpor dari luar negeri semua. Sementara orang Indonesianya cuma jadi buruh belaka.

Ilmu pemberdayaan orang Indonesia sebenarnya masih bid’ah. Sesuatu yang tidak ada tapi di-ada-adakan sendiri. Bid’ahnya orang Indonesia adalah aset dan modal itu tadi. Padahal, apabila ditilik lebih lanjut, aset dan modal sebenarnya hanya menjadi beban. Lihat saja, berapa orang pengusaha yang mati bunuh diri karena modal mencekik dirinya.

Mindset pemberdayaan adalah menuju pada prestasi dan bukan kekayaan. Usaha orang bodoh sampai sekarang masih dijalankan oleh orang-orang kaya di negeri ini seperti membeli pom bensin. Ini bukan masalah untungnya, bila dikalkulasi, berapa keuntungan orang yang punya pom bensin? Mereka berlomba-lomba membangun pom bensin paling megah dengan segala fasilitasnya. Bukan untungnya yang dipikirkan, tapi ada kesan ‘wah’ saat seseorang bisa mempunyai aset. Sepertihalnya orang jual pulsa, sebenarnya mereka tidak butuh toko. Lagi-lagi ini masalah aset.

(Lha piye, wong kita hidup juga tetap butuh materi. Tak bisa hidup hanya dengan semangat. Bukannya saya materialis. Tapi ini realita. Meskipun itu hanya sekadar konstruksi sosial, tapi memang tak satu pun dari kita yang bisa keluar dari itu. Tak usahlah hidup di tataran ide. Kita ini hidup di dunia. Kalaupun ada yang bisa menjalaninya, paling cuma satu dua orang saja. Dan barangkali saya tak termasuk dalam golongan itu.)

Agak melenceng sedikit, meskipun masih relevan. Kontrak negara dengan warganya terkait dengan dua hal: yang berhubungan dengan eksistensi negara dan kontrak ideologi. Orang sejahtera di negeri ini urusan siapa? Kalau urusan negara (sosialis), memiliki konsekuensi bahwa warga negara harus ikut apa kata negara. Kalau kesejahteraan adalah urusan masing-masing, maka pengaturannya juga berada di tangan masing-masing (liberal). Lha, negeri kita ini tanggung, tidak mau dibatasi oleh negara tapi kalau ada apa-apa, negara yang menaggung. Slenco. Negara juga jadi bilang, “Emang gua pikirin.” Negara maunya A, rakyat maunya B. Lagi-lagi Slenco. Pertalian mesra antara negara dan rakyatnya entah kapan bisa terwujudkan.

Kamis, 12 Maret 2009

kiat menulis skripsi

Mengidentifikasi Hal-Hal Penting dalam Penulisan Skripsi,
utamanya Penulisan Proposal :

Masalah substantif:
Permasalahan substantif sebenarnya lebih mudah diatasi daripada permasalahan non-substantif. Permasalahan ini biasanya terkait dengan pemilihan tema, proses penelitian, teknik analisa data, metodologi, dan sebagainya.

Masalah non-substantif:
Penulisan skripsi lebih banyak terkendala oleh permasalahan yang non substantif. Permasalahan itu bisa timbul dari keluarga, permasalahan dana, masalahan psikologi, masalah teknis terkait dengan proses pembimbingan, dan sebagainya. Namun, permasalahan non-substantif tersebut juga bisa mendorong percepatan menulis skripsi. Misalnya, ketika banyak teman yang sudah menyelesaikan skripsi. Beban moral kepada orang tua yang sudah bersusah payah memeras keringat demi membiayai kita juga bisa menjadi dorongan tersendiri.

Terkait dengan prosedur izin, sebenarnya hanya bisa menjamin informasi yang bersifat permukaan. Penggalian data dari narasumber membutuhkan keterampilan. Apabila mengahadirkan sebuah pro dan kontra maka kajian tersebut harus seimbang alias cover both side. Hal ini membutuhkan seni, menimbulkan kesan imperatif dengan penggunaan analogi-analogi—menyampaikan kebenaran dengan seni. Kiat lainnya, penyampaian data bisa juga dengan re-frame melalui wacana disekitarnya.

Kiat Pribadi Nara Sumber:
Menulis skripsi sebaiknya tidak dilakukan sendirian. Teman dan komunitas salah satunya bisa sangat membantu kita menemukan insprirasi melalui berbagai diskusi. Meskipun dalam hal ini skripsi tetap menjadi sebuah karya yang mandiri.

Bersemangat dalam menulis skripsi didahului dengan suatu pemikiran bahwa skripsi adalah sesuatu yang berharga bagi kita. Kita menulisnya sekali seumur hidup. Sebuah perjuagan yang dibayar dengan ongkos emosional yang berat hingga dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah mandiri. Skripsi dapat memutus ketergantungan dalam salah satu fase kehidupan kita. Skripsi menjadi semacam proses bertapa yang bersifat kontemplatif. Mahasiswa diharuskan untuk mulai berpikir bahwa lingkungan tidak lagi menjadi pusat. Kita harus menjaga jarak dengan lingkungan hingga dapat melihat atau bahkan mempermainkan realita. Proses ini memungkinkan kita untuk melihat hal yang sebelumnya tidak tampak.

Tema yang menarik adalah tema yang mungkin dianggap remeh-temeh bagi orang lain, tetapi itu justru menarik bagi kita. Newton bisa menciptakan teori besar hanya karena apel yang jatuh—hal yang sangat remeh bagi orang lain. Pemilihan tema yang unik berkaitan dengan keinginan untuk menjelaskan sesuatu yang besar, tetapi dengan cara yang sederhana. Kajian tentang musik dan politik, misalnya. Tema ini berusaha untuk membongkar tradisi ilmu politik yang pada saat itu banyak berisi kajian-kajian normatif. Tugas penulis adalah mencari tali antara musik dan politik—dua ranah kajian yang sebenarnya sangat luas tapi harus bisa menjelaskan sesuatu. Maka, menulis skripsi membutuhkan selektifitas terhadap data-data yang ada. Segudang data yang ditemukan perlu untuk dipilah dan dipilih mana yang relevan digunakan. Tantangan yang biasa dihadapi dalam proses ini adalah karakter sembarangan yang biasanya melekat pada mahasiswa. Dalam penulisan skripsi, kita dituntut untuk melepaskan karakter tersebut dan berusaha untuk lebih bertanggung jawab.

Masih terkait dengan tema, pengalaman Mbak Nova bisa menjadi salah satu referensi. Pada masanya, kajian akademis mayoritas merujuk pada Islam. Menarik kiranya ketika bisa mengambil hal yang minoritas. Mbak Nova akhirnya mengambil tema tentang Gereja (Khatolik) dan parpol. Proses penulisan skripsi merupakan refleksi dari keseluran kuliah yang telah diterima selaman ini. Proses ini merupakan hal yang unpredictable. Bisa jadi seseorang menuai keraguan di tengah jalan. Kesetiaan pada tema tampaknya menjadi hal penting yang harus diperhatikan.

Pemilihan tema hendaknya juga memperhitungkan keamanan—aman bagi akademis dan aman untuk dikonsumsi publik. Skripsi merupakan karya yang bebas nilai. Ia tidak menyerang atau mendiskreditkan sesuatu. Hal ini membutuhkan kelihaian dalam mengelola argumen, menyajikan data, memilih responden, yang tidak bisa diperlakukan secara sembarangan. Permasalahan ini juga menyangkut porsi, bagaimana sesuatu yang berbahaya itu bisa dijinakkan, bermain sesuatu yang berbahaya tapi bisa berakhir dengan indah.

Pemilihan tema bisa berangkat dari apa yang kita punya. Hal sederhana yang biasa berada di sekitar kita dan biasa kita akrabi dalam kehidupan sehari-hari. Pemilihan tema bisa juga berangkat dari apa yang menyenangkan bagi kita. “Inspirasi bisa muncul kapan saja. Maka, saat ini mulailah dengan memperhatikan setiap realitas. Catatlah hal yang sekiranya menarik. Rangkai catatan tersebut dan baca ulang. Temukan sejuta inspirasi di dalamnya.” Kata Utan menambahkan.

Skripsi pada dasarnya adalah menyusun kepingan realitas dengan alur berpikir tertentu. Penulis diharuskan untuk membuat batasan-batasan terhadap realitas sehingga kajian tersebut tidak terlalu luas dan menghasilkan banyak kesimpulan. Dalam proses penulisannya, permasalahan non-substansi yang biasanya peling menghambat.

Secara teknis menulis skripsi harus disertai dengan prinsip efisiensi. Apabila bisa dijelaskan dengan satu kata, maka tidak perlu dijelaskan dengan satu kalimat. Intinya adalah to the point dan tidak bertele-tele. Efisiensi sekaligus merupakan cara untuk mengasihani dosen yang sudah banyak kesibukan ditambah dengan keharusan untuk membaca skripsi kita.

Pengerjaan skripsi membutuhkan intensitas yang luar biasa. Ia juga membutuhkan pengorbanan besar. Sebagaimana merawat bayi yang membutuhkan intensitas dan konsistensi ekstra. Cara percepatan pengerjaannya, seperti yang diungkapan para nara sumber adalah dengan mengurung diri dalam kamar. Meluangkan waktu sekitar tiga bulan, khusus untuk mengerjakannya. Penulisan skripsi menuntut skala prioritas, disamping harus tetap menjaga komunikasi dengan dosen pembimbing, juga berkomunikasi dengan yang lebih ahli.

Strategi:
- Mulai fokus pada tema yang telah dipilih
- Mulai membangun jaringan dengan nara sumber dan responden, juga dengan orang-orang yang berpengetahuan lebih
- Mulai mengumpulkan data dan bacaan yang terkait dengan tema
- Membuat ¬time line
- Konsisten terhadap pilihan dan apa yang kita kerjakan
- Menjaga komunikasi dan hubungan dengan dosen pembimbing. Semoga beliau sanggup meluangkan waktu untuk kami, disela kesibukannya.
- Terus berdoa, perbanyak ibadah dan tetap berusaha. Meski katanya, skripsi ku bakal susah buat nyari data.

Jumat, 06 Maret 2009

nyata-nyata bohong-kebohongan nyata-apa??

23 Februari 2009, Dari seorang teman

“Kenyataan yang Berbohong”
Lihatlah...
Mentari itu tersenyum mesra
Dipagi dengan dunia tak bermahkota
Budak-budak bahagiapun tertawa bersama majikannya
Selongsong peluru tipu bunuh peraduan canda itu
Kala kaki ini injak bayang-bayang
Kala terang jadi musuh untuk petang
Dan...
Cahaya tanpa bintang itu cekik kulit ari,
Matahari dengan bendera siang hambarkan kenyataan
......................................................................
Adalah sebuah keniscayaan bahwa kau adalah sahabatku. Sekarang dan untuk selamanya. Barangkali memang tak banyak yang terceritakan kepadamu. Tentang kehidupan, cinta dan segala rahasia. Aku tak bisa bercerita, Kawan. Saat seseorang itu datang dan berbicara, aku tau raut mukamu akan berubah saat itu. Seraut kekecewaan yang tersirat. Sedikit kegalauan dan berpikir apakah apa yang dikatakannya tentangku adalah benar. Kenyataan yang berbicara, Kawan. Kenyataan tak pernah berbohong kecuali saat kenyataan itu menjadi kata-kata yang keluar dari mulut manusia. Tak mudah bagiku untuk menangkap maksud dari puisimu. Kadang memang kau terlalu menggunakan pilihan kata yang tak senada. Tapi aku suka. Kawan, kenyataan telah berbicara padamu dan aku tak lagi bisa menyembunyikannya darimu. Aku mengerti apa yang berada dalam hatimu. Kuharap tak akan mengubah kita. Satu kalimat yang kau dengar tentu tak akan bisa menggambarkan cerita utuhnya. Atau aku memang yang telah salah. Kita memang tak pernah jujur, bukankah begitu, Kawan? Selamat malam.
.................................................................
6 Maret 2008
# Kurangkai seruan adzan kala fajar berdansa gembira
Bersama kabut serabut
Terbangun mimpi sang tidur meraba mentari di balik serambi.
Ah..
Aku seperti mengenal nyanyian-nyanyian yang berkumandang di antara suara kokok ayam,
Itu lagu Tuhan, perintahkan kita untuk sembahyang akhir dari malam...

## Tak kuhiraukan seruan dan nyanyi itu
Tubuh ini serasa mati
Tertimbun lelah
Tak kuhiraukan sapaan pagi ini
Tubuh ini tak mau bergerak lagi
Terkunci detik-detik hari

Saat bertemu Sapardi Djoko Damono

21 Februari 2009 at Momento Cafe

Menulis Puisi Cinta Bersama Sapardi Djoko Damono

Obrolan kali ini mengalir bersama seteguk kopi pahit. Glek..glek..glek..kopi pahit pun menjadi manis dengan cinta dalam jiwa. Sebuah sajak kembali diterbangkan angin. Masuk lewat celah jendela dan bersemilah setangkai cinta yang tertinggal di sudut mata.

Aku Ingin
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat diucapkan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Baru kali ini waktu mempertemukan saya dengan Sapardi. Beliau terlihat sebagai seorang tua yang penuh cinta. Itulah kesan pertama yang tertangkap. Mengenakan jas sederhana berwarna coklat muda dan sebuah topi khas para pujangga, seperti yang sering dikenakan Putu Wijaya. Caranya berbicara sederhana, demikian juga dengan berbagai pilihan kata dalam puisi-puisinya. Tampak gampang ditangkap sebagai sebuah gambar visual. Beginilah cinta diterjemahkan. Beginilah berbagai kegelisahan akan terjawab. Beginilah ketika seorang penyair mulai melisankan kembali puisi-puisinya.

Sedikit cerita pembuka. Seorang sahabatnya yang bernama Bakdi Soemanto akhir-akhir ini sering mengirimanya pesan singkat. Bercerita bahwa puisi “Aku Ingin” sering dibacakan dan dilagukan di berbagai acara pernikahan, juga di gereja. Membuat banyak orang menangis karena tersentuh oleh keindahan bahasanya. Banyak juga orang yang menyangka kalau beberapa puisinya adalah karya Kahlil Gibran. Rasanya tak banyak orang yang percaya kalau puisi cinta seindah itu adalah buatan orang asli Indonesia, Solo tepatnya. Puisinya menjadi dikenal karena dilakukan, dimusikalisasikan dan kembali dengan mudah dapat ditangkap sebagai sebuah gambar yang begitu mempesonakan.

Bagi Sapardi, seorang seniman harus selalu bereksperimen. Orang yang hanya meniru suatu gaya pasti akhirnya akan mati. Eksperimen dalam puisi adalah bagian dari proses belajar mengenal bahasa. Penyair yang baik harus bisa menjadi pencuri yang baik. Sastra, puisi sejatinya adalah pengenalan terhadap bahasa. Dan belajar bahasa salah satunya dapat dilakukan dengan meniru banyak gaya dari orang lain. Tak perlu teori yang bermacam macam. “Untuk bisa menulis ya harus membaca, sebagaimana orang yang ingin bisa bicara ya harus belajar untuk mendengar.” Demikian katanya. Sekitar tiga minggu yang lalu, Sapardi menulis sebuah soneta di Kompas. Hal ini dilakukan untuk mengetes dirinya sendiri. Bentuk sajaknya tak pernah seragam. Bermacam-macam, bahkan ada yang sangat berlainan. Karena sekali lagi, orang yang bertahan di satu titik adalah mati.

Sejarahnya, sastra merupakan bentuk pengungkapan lisan. Hal ini kemudian mengalami perubahan hingga sekarang bisa dinikmati dalam bentuk tulisan. Tulisan dapat dikembangkan melalui membaca karya banyak orang. Tulisan Sapardi sendiri sebenarnya adalah curian bahasa dari sana sini. Membuat puisi yang baik terkait dengan bagaimana seorang penulis bisa menjadi maling yang baik agar tidak ketahuan telah mencuri. Dan hal inilah sebenarnya yang susah dilakukan. Sapardi sendiri mengaku kalau ia banyak mencuri untuk kemudian diolah sedemikian rupa sehingga dapat diakui menjadi hasil karyanya.

Banyak orang yang tak yakin bahwa ia adalah penyair. Oleh karena itu, penting untuk meyakinkan diri sebagai bahwa kita adalah penyair. “Jangan sekali-kali men-cap diri kita sebagai penyair remaja. Karena selama-lamanya kita hanya akan menjadi remaja.” Pesannya singkat. Sapardi sendiri tak pernah mengirimkan hasil karyanya ke majalah-majalah remaja. Ia langsung mengirimkannya ke media cetak nasional dengan penuh percaya diri. Berikutnya, “Jangan bertanya atau meminta orang lain berkomentar atau mengkritik karya kita. Hal ini akan membuat kita menjadi bingung sendiri terhadap banyak pendapat yang didengarnya.” Tambahnya.

Hal yang lebik dilakukan adalah berusaha untuk ngonceki—mengupas karya, menjadi kritikus dari karya yang kita baca. Seperti halnya wayang yang diadaptasi dari India. Orang Jawa memiliki versinya sendiri yang disesuaikan dengan pemahaman, pendalaman filsafat Jawa, juga kondisi pada saat itu. Dan hasil karya baru itupun akan tetap bisa diterima. Memiliki keyakinan bahwa kita suka, mampu dan mau melakukannya menjadi kunci penting dalam menghasilkan karya.

Sapardi dalam proses kreatifnya juga tak kenal dengan penyair manapun. Seorang penyair memang harus bekerja di kamar, bukan di komunitas. Beliau tak percaya bahwa komunitas dapat meningkatkan kretifitas. Kreatifitas murni berasal dari pergumulan penyair dengan relitas yang mengelilinginya. Inspirasi tidak hanya berasal dari kejadian yang dialami oleh penyair tetapi bisa dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Terciptanya sebuah sajak bisa dikarenakan adanya rangsangan dari luar. Apapun itu, sebenarnya bisa menjadi bagian dari proses kreatif kita.

Seorang dari kami bertanya tentang mengapa ada banyak sekali hujan dalam puisi Sapardi. Bingung juga ia menjawab pertanyaan ini. Tak ingat lagi hujan yang mana yang dituliskan dalam ribuan puisinya. Kata itu seakan tertulis begitu saja. Dan memang hanya ada dua musim di negeri ini. Sebenarnya banyak juga kata kemarau, hanya saja itu berada dalam bait-bait puisinya yang tak banyak dikenal. Hujan memiliki kesan tersendiri baginya, terutama masa kecilnya. Sebagaimana anak-anak lain, Sapardi kecil sangat suka bermain di tengah hujan dengan bertelanjang. Berlarian bersama teman-teman. Hujan pun menjadi benda yang banyak dinanti orang untuk menumbuhkan benih-benih yang terlelap di bawah lapisan tanah. Hujan hanya menjadi semacam imaji atau citraan. Bisa saja ia menuliskan tentang keindahan salju. Hanya saja itu bukan menjadi bagian dalam hidupnya, meskipun ia juga pernah melihat salju.
Sementara bagi sebagian penyair, bagaimana mereka bisa menulis tentang salju apabila hanya melihat gambarnya tanpa pernah mengalami dan merasakan secara langsung. Bisa saja, hanya saja..

Ditanya tentang pengaruh situasi akademis, sapardi menjawab, “Begitu menulis sastra, saya tak ingat lagi segala macam teori yang saya pelajari maupun saya ajarkan. Tapi kalau bicara teori, tentu saja harus menggunakan karya sastra untuk menjelaskannya. Teori bagi saya hanya memberi nama bagi hal yang sudah ada.”

Seorang lagi bertanya apakah ia pernah merasa malu saat membaca ulang sajaknya. Seakan menjadi sajak yang tak layak untuk dipublikasikan. Hal ini memang wajar saja terjadi. Bisa dibayangkan bagaimana Sapardi menulis sajak cinta waktu SMA. Seorang remaja yang jatuh cinta kemudian menghasilkan puisi. Mengerikan sekali. Bisa dibandingkan dengan hasil karyanya sekarang. Tentu itu akan terlihat sebagai fase perubahan hasil karya seseorang apabila ia terus menulis dari waktu ka waktu. Sajak yang terbaik bagi Sapardi adalah sajak yang akan ditulisnya. Itulah mengapa ia tak pernah puas dengan karya yang telah dihasilkannya. Selalu bereksperiman dengan puisi-puisi.

Bagaimana kalau Sapardi macet dalam menulis puisi?
“Rasanya saya tak pernah mengalami kemacetan dalam menulis puisi. Saya hanya menulis kalau ada keingingan. Gak perlu nunggu datangnya inspirasi. Dalam satu malam, saya pernah menulis sampai delapan belas sajak dan tak ada coretannya. Mengalir begitu saja sampai tepar di subuh hari. Tetapi ada juga sajak yang saya tulis sampai dua tahun tak selesai. Dan bagi saya itu adalah hal yang wajar untuk seorang penyair.”

Ketika Jari-Jari Bunga Terbuka
Ketika jari-jari bunga terbuka
Mendadak terasa: betapa sengit cinta kita
Cahaya bagai kabut, kabut cahaya
Di langit menyisih awan hari ini
Di bumi meriap sepi nan purba
Ketika kemarau terasa di bulu-bulu mata
Suatu pagi di sayap kupu-kupu
Di sayap warna, suara burung di ranting-ranting cuaca
Bulu-bulu cahaya: betapa parah cinta kita
Mabuk berjalan, di antara jerit bunga-bunga rekah


Bagian berikutnya barangkali tak beralur karena berasal dari pertanyaan-pertanyaan.
Bagaimana memilih kata?
“Ya, harus mengusai bahasa. Seperti halnya kalimat ‘Betapa sengit cinta kita’, lha ini mung ngapusi. Cinta kok sengit. Penyair harus mahir membuat metafor. Imaji itu sebenarnya hanya bohong-bohongan belaka. Inilah pekerjaan saya, mengutak-atik bahasa. Apabila orang tak mengusai bahasa, maka ia akan gamang, ragu menggunakan bahasa itu. Puisi itu tak bisa dipercaya, hanya akal-akalan si penyairnya saja.”

Puisi itu memang dekat dengan sekali dengan musik. Bahkan puisi seringkali dibuat untuk dinyanyikan. Puisi yang ditulis mempunyai karakter yang berbeda dengan puisi yang diciptakan secara lisan. Dulu, Ranggawarsita menulis puisi untuk ditembangkan. Puisi memiliki unsur orality—ketika dibaca akan terdengar seperti memiliki musik. Dalam puisi memang mengandung unsur musik yang tercermin dalam rima setiap barisnya. Mendengarkan sebuah puisi dibaca sama halnya seperti mendengarkan sebuah irama atau bunyi.

Sekitar tahun 70-an muncul sebuah aliran puisi yang dikenal sebagai aliran puisi mbeling¬. Penggagasnya termasuk Remisilado. Ia membuat puisi-puisi nyleneh karena jagad puisi pada saat itu dikuasai oleh Goenawan Mohammad, Sapardi, Rendra, dan lain-lain. Puisi mbeling diciptakan sebagai gerakan perlawanan terhadap bentuk-bentuk puisi yang bisa dibilang mapan. Beberapa bentuk baru tersebut seperti; sajak ‘tuhantuhantuhantuhantuhantu....’. Sajak yang lain adalah diambil dari terjemahan sajaknya penyair Perancis terkenal, Apoliner.
Dibawah jembatan mirabo, mengalir sungai sein
Lalu ditulis,
Ing sangisore jembatan asemka, akeh umbele China
Sajak ini tampaknya ingin mengontraskan sajak romantis Apoliner dengan kenyataan sosial yang terjadi pada saat itu.

Kemudian, dibacakan sajak berjudul ‘Metamorfosis’ salah satu dari kami menafsirkannya sajak itu bercerita tentang orang hamil. Menggelikan sekali. Sapardi lalu menjelaskan dengan memvisualkan sajak itu dihadapan kami. Tapi, jangan percaya apa yang dikatakan penyair tentang sajaknya karena ia pasti bohong. Tentang hakikat cinta, barangkali bisa dilihat dalam sajak ‘Hujan Bulan Juni’. Dasyat! Sebuah puisi itu multi-tafsir. Saying one thing, meaning another.

Sapardi mengaku kalau ia adalah pencuri terbesar sajak-sajak T.S. Elliot. Seorang Inggris yang puisinya kemudian banyak diikuti Sapardi. Ia juga pencinta Shakespeare, Amir Hamzah, Toto Sudarto Bachtiar, dan sebagainya. Sajak cinta Sapardi kemudian lebih banyak dikenal orang. Padahal ia tak hanya menulis sajak cinta. Banyak nuansa lain, ada sajak protes, tentang kehidupan sosial, politik dan sebagainya. Sajak cintanya lebih banyak dikenal karena dilagukan.

Puisi Sapardi dapat diibaratkan sebagai gambar dari kata-kata. Membuat puisi yang mudah diterima berarti mempunyai gambar yang jelas terlebih dahulu. Alih warna karya sastra memang banyak dilakukan pada masa sekarang. Banyak novel menjadi film, puisi menjadi lagu, film menjadi novel dan sebagainya. Bentuk-bentuk baru yang tercipta tentu saja akan sangat berbeda dengan bentuk sebelumnya, tidak akan bisa utuh. Sehingga, bentuk baru yang tercipta tak perlu dikaitkan lagi dengan bentuknya yang lama.

Tradisi yang sebelumnya lisan, bergantung pada bunyi, kemudian beralih ke tradisi aksara. Hal ini tentu akan menimbulkan berbagai permasalahan. Siapa bilang pantun itu terdiri dari empat larik. Penulisan itu hanya memudahkan tradisi lisan agar lebih enak untuk dibaca. Perubahan tradisi lisan ke aksara tersebut dilakukan dengan memotong-motong karya menjadi larik-larik tertentu, menjadi kelompok kata. Bunyi-bunyian tersebut ditangkap kemudian dipenjarakan dalam larik-larik. Pembagian itu jelas dilakukan dengan berbagai maksud tertentu. Kalau dilanjutkan bisa jadi tak indah di pandang, persoalan teknis semata. Kita dipaksa berbikir secara visual padahal hakikatnya adalah oral. Sebuah peralihan dari orality menuju literacy.

Senja melarutkan kami dalam obrolan tentang cinta. Bila diteruskan, tak akan pernah ada kunjung usainya. Berakhirlah kisah cinta di senja ini. Kapan-kapan pasti kita bisa ketemu lagi.

Sajak Kecil tentang Cinta
Mencintai angin harus menjadi siut
Mencintai air harus menjadi ricik
Mencintai gunung harus menjadi terjal
Mencintai api harus menjadi jilat
Mencintai cakrawala harus menebas jarak
MencintaiMu(mu) harus menjelma aku


Kekuatan dalam proses kreatif Sapardi sesaat menjadi sangat menginspirasi. Sampai kapankah ini?
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Senin, 26 Januari 2009

Manajemen Antisipasi Krisis Pangan

Manajemen Antisipasi Krisis Pangan

Krisis pangan saat ini menjadi permasalah serius yang harus diantisipasi secara lebih intensif. Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi semua orang. Kekurangan pangan akan menyebabkan berbagai ketidakstabilan atau keadaan abnormal, baik secara sosial, politik, ekonomi dan berbagai bidang kehidupan yang lain. Pangan menjadi potensial menyebabkan keadaan ketidaknormalan dan ketidaknyamanan karena merupakan kebutuhan pokok menyangkut urusan hidup-mati bagi setiap orang. Krisis pangan sangat mungkin dideteksi dengan adanya berbagai perubahan lingkungan akibat kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Tingginya pertumbuhan penduduk tidak sebanding dengan ketersediaan pangan sehingga krisis ini sangat dimungkinkan akan terjadi.

Keadaan ini akan menjadi salah satu potensi krisis di masa yang akan datang. Lonjakan harga pangan mulai terjadi. Tingginya harga bahan pangan mulai dirasakan oleh sebagian besar masyarakat meskipun belum begitu menimbulkan dampak yang serius. Dengan demikian, perlu adanya langkah antisipasi serius dari pemerintah untuk menghindari terjadinya krisis pangan. Tulisan ini akan mambahas mengapa pangan berpotensi untuk menjadi krisis di masa mendatang. Pemerintah memerlukan langkah-langkah antisipasi khusus untuk mencegah potensi krisis menjadi suatu keadaan krisis. Tulisan ini juga akan membahas tentang bagaimana sebuah sistem merespon potensi krisis. Hal ini terkait dengan apa saja yang harus disiapkan pemerintah untuk menghadapi ancaman krisis pangan. Rancangan tentang sistem kelembagaan integral menjadi salah satu cara untuk melakukan antisipasi terhadap krisis pangan tersebut.

Mengapa Pangan Akan Menjadi Krisis?

Krisis pangan dapat dikategorikan menjadi salah satu krisis serius pada masa yang akan datang. Kekurangan ketersediaan pangan akan mengancam semua orang. Krisis ini tidak hanya akan terjadi di negara-negara berkembang tetapi juga telah mengancam negara-negara maju. Setidaknya 36 negara, termasuk Indonesia, menurut Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB, mengalami lonjakan harga pangan luar biasa yang berkisar antara 75 persen hingga 200 persen. Indonesia diprediksi akan mengalami krisis pangan pada tahun 2017 atau 10 tahun mendatang bila melihat ketimpangan antara jumlah penduduk dan ketersediaan lahan pangan yang makin tidak seimbang dewasa ini. Krisis ini akan mengalami ledakan pada beberapa puluh tahun mendatang apabila tidak segera diantisipasi dengan langkah yang tepat.

Penyebab dari adanya krisis pangan sangat beragam. Krisis ini bisa dikatakan sebagai determinasi dari lonjakan harga minyak dunia beberapa tahun terakhir. Harga barang dan ongkos produksi semakin naik. Produksi minyak dan gas yang ada tidak bisa mengikuti tingginya permintaan sehingga mengakibatkan kenaikan energi yang tajam. Negara-negara maju memperparah keadaan dengan adanya kebijakan untuk menggunakan bio-fuel sebagai bahan pengganti energi dari minyak dan gas. Negara-negara maju mulai mengganti bahan bakar fosil ke bio-fuel. Bio-fuel diperoleh dari berbagai tanaman seperti kelapa sawit, jagung, tebu dan singkong. Penggantian ini menyebabkan produksi beras menurun karena sempitnya lahan produksi.

Faktor lingkungan juga menjadi penyebab dari adanya krisis pangan. Faktor lingkungan tersebut bisa terjadi secara alami maupun akibat ulah manusia. Lahan pertanian banyak yang dikonversi menjadi daerah permukiman dan industri. Eksploitasi sumber daya alam semakin memperparah kondisi lingkungan. Kerusakan lingkungan membuat produksi pertanian dan perkebunan semakin menurun. Kondisi iklim akibat pemanasan global juga semakin tidak mendukung produksi bahan pangan. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa cadangan pangan dunia akan terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Krisis pangan menjadi ancaman bagi keberlangsungan kehidupan manusia di masa mendatang.

Permasalahan struktural juga menjadi penyebab krisis pangan, khususnya di Indonesia. Melalui kebijakan Agreement of Agriculture , WTO menerapkan kebijakan yang sangat ramah impor terhadap Indonesia. Akibatnya, pasar pertanian Indonesia mengalami kemunduran karena basis produksi mandiri terhadap pangan bergeser ke produksi berbasis impor. Sementara itu, negara maju menetapkan proteksi yang ketat terhadap pertanian yang mengakibatkan semakin kuatnya mereka melakukan ekspor produk pertanian ke negara-negara berkembang. Hal ini diperparah dengan deregulasi pemerintah yang menyebabkan privatisasi dan monopoli di sektor pangan semakin terbuka. Berbagai peraturan tersebut misalnya, UU No. 1/1967 tentang PMA, UU No. 4/2004 tentang Sumber Daya Air, Perpres 36 dan 65/2006, UU No. 18/2003 Tentang Perkebunan, dan yang termutakhir UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal. Kebijakan yang dibuat memudahkan perusahaan besar mengalahkan pertanian rakyat.

Akibat dari krisis ini tidak hanya akan berdampak di beberapa negara tetapi akan merambat bersama arus globaliasasi ke seluruh negara di dunia. Meskipun produksi pangan di Indonesia masih cukup, lonjakan harga pangan dunia akan berdampak pada tingginya harga pangan di Indonesia. Harga pangan yang tinggi akan mengakibatkan bertambahnya kemiskinan dalam skala luas. Krisis pangan bukan hanya menjadi permasalahan di satu sektor tetapi juga bisa berdampak pada krisis di sektor lain. Pengalaman krisis pangan di Indonesia pada tahun 1966 akhirnya merembet ke sektor politik. Di Haiti misalnya, krisis pangan berakibat pada protes warga, lima orang tewas dan 14 orang terluka. Warga juga menuntut pergantian pemerintah karena dirasa tidak bisa mengatasi permasalahan pangan. Krisis pangan juga tidak dapat dipandang secara anthroposentris karena bisa mengancam siapa saja ketika ketersediaan pangan dunia benar-benar mengalami penurunan. Krisis ini akan berdampak pada bertambahnya jumlah penduduk miskin dunia secara signifikan.

Di Indonesia sendiri, 13,8 juta jiwa atau sekitar 6% dari jumlah penduduk menderita rawan pangan (World Development Indicator, 2007). Fakta tersebut diperkuat dengan kasus kelaparan dan kematian akibat gizi buruk yang terjadi di berbagai daerah. Kerawanan pangan masih menjadi masalah serius negeri ini. Pada tahun 2000, propinsi-propinsi Indonesia seperti NAD, NTT, Sulawesi Utara dan Selatan, Lampung, Bali, Jawa Timur, Riau, Kalimantan Selatan dan Jambi menderita rawan pangan hingga diatas 50%. Propinsi lumbung pangan nasional seperti Jawa Timur dan Sulawesi Selatan pun tak luput dari ancaman kerawanan pangan ini. Paradoks memang, saat kita melihat bahwa kelaparan justru terjadi di tengah melimpahnya ketersediaan pangan. Contoh lain yang dapat kita lihat adalah ketika BPS melaporkan bahwa kita telah mencapai swasembada pangan pada tahun 2004, setahun kemudian terdengar kabar telah terjadi kelaparan kronis di 10 kabupaten di Nusa Tenggara Timur.

Dengan berbagai dampak dan kerawanan pangan di berbagai daerah di Indonesia, pemerintah memerlukan suatu skema kelembagaan tertentu. Skema tersebut meliputi bagaiamana sistem kelembagaan yang dirancang pemerintah dapat merespon keadaan kerawanan pangan di Indonesia. Aktor yang terlibat sangat beragam dan tidak hanya pada level nasional, tetapi juga internasional. Pada level nasional pun, terdapat berbagai aktor yang harus dapat disinergikan dan dikoordinasikan dalam kerangkan sistem kelembagaan tertentu.

Kerangka Kelembagaan untuk Mengantisipasi Krisis

Krisis pangan telah mengancam negara-negara di dunia. Desain kelembagaan tertentu diperlukan untuk menguatkan kapasitas pemerintah dalam rangka antisipasi agar kekurangan sumber bahan pangan tidak menjadi krisis di kemudian hari.

Desain kelembagaan yang seharusnya dibangun mulai sekarang adalah adanya sebuah sistem integral antara berbagai komponen dalam pemerintahan untuk mengantisipasi krisis pangan sejak dini. Sistem tersebut tidak hanya dibangun dalam suatu negara tetapi juga terhubung dengan negara-negara lain di dunia. Krisis pangan menjadi fenomena yang kemungkinan akan melampaui yuridiksi sebuah negara. Globalisasi menjadi salah satu sebab krisis pangan yang melanda di suatu negara akan berdampak ke negara lain secara cepat.

Manajemen antisipasi krisis pangan dibangun dengan logika sistem yang integral. Masing-masing komponen atau stakeholder memiliki fungsi dan peran masing-masing yang dijalankan dengan adanya keterhubungan dan koordinasi. Pemerintah memegang peran sentral untul merancang berbagai bentuk kebijakan. Konstitusi dan kebijakan yang jelas memungkinkan setiap komponen bekerja para rel-nya.

Langkah- Langkah Awal

Langkah awal yang harus dilakukan pemerintah adalah menetapkan pentingnya antisipasi krisis pangan yang membutuhkan sinergisitas dan koordinasi dari berbagai aktor sejak awal. Pemerintah merupakan aktor yang tidak tunggal. Di dalamnya terdapat aktor-aktor lain baik dalam hubungannya secara horizontal maupun vertikal. Hal pertama yang harus dibangun antar aktor dalam pemerintah adalah kesamaan visi bahwa krisis pangan merupakan permasalahan yang penting untuk diantisipasi. Pemerintah dengan keseluruhan sub-aktor yang ada di dalamnya, mulai membangun konsensus dan menyepakati untuk menggeser fokus perhatian ke permasalahan pangan. Melalui kesamaan visi dan tujuan, kebijakan-kebijakan yang menyertainya akan lebih mudah dibuat dan dilaksanakan. Proses reframing terhadap isu menjadi hal yang penting. Keseluruhan sub-aktor dalam pemerintah harus menganggap bahwa krisis pangan menjadi krusial untuk diantisipasi sejak dini.

Langkah berikutnya adalah melakukan pemetaan terhadap daerah-daerah yang rawan terhadap krisis pangan dan daerah yang memiliki ketersediaan pangan yang cukup. Hal ini perlu dilakukan agar dapat dilakukan langkah-langkah preventif untuk menanggulangi krisis. Pemetaan tersebut dilakukan untuk menentukan langkah berikutnya yang akan diambil. Selain itu, perlu adanya pemetaan terhadap siapa saja masyarakat yang akan mengalami vulnerability apabila terjadi krisis pangan. Dalam hal ini, dapat dipastikan bahwa masyarakat miskin akan menerima dampak secara langsung apabila terjadi krisis pangan. Lapis masyarakat kedua adalah masyarakat menengah ke bawah. Krisis pangan bisa mengakibatkan masyarakat kelas menengah menjadi miskin saat harga pangan mulai melambung. Pemerintah bertugas untuk menjamin akses terhadap bahan pangan kepada kedua lapis masyarakat tersebut. Secara demografis, kelompok masyarakat yang akan terkena dampak berikutnya adalah anak-anak di bawah usia dua tahun dan perempuan dalam usia subur. Mereka adalah kelompok masyarakat yang masih membutuhkan nutrisi dalam jumlah besar. Apabila terjadi krisis pangan, maka kelompok inilah yang kemungkinan akan terkena dampak terbesarnya.

Dengan adanya pemetaan terhadap kelompok masyarakat vulnerabel, pemerintah selanjutnya memberikan jaminan bahwa pangan akan dapat terdistribusikan secara merata kepada seluruh masyarakat, tidak hanya kepada mereka yang mampu atau memiliki modal. Pemerintah dalam hal ini dapat bekerjasama dengan Bulog dan pemerintah daerah. Subsidi terhadap harga bahan pangan barangkali bisa dilakukan sebagai solusi jangka pendek saat terjadi krisis. Namun, untuk solusi jangka panjangnya, pemerintah secara luas harus dapat menguatkan ketahanan pangan di Indonesia sejak dini.

Setelah pemetaan terhadap masyarakat dan daerah yang rawan terkena krisis, pemerintah mulai menyebarkan informasi kepada masyarakat. Tanpa informasi dari pemerintah, akan sangat sedikit masyarakat yang sadar terhadap bahaya krisis pangan di masa mendatang. Dalam hal ini, pemerintah melakukan koordinasi dengan Departemen Komunikasi dan Informasi. Selain itu, peran media eksternal juga sangat dibutuhkan untuk menyebarkan informasi dan membangun opini publik terhadap keseriusan permasalahan krisis pangan yang kemungkinan besar akan terjadi. Media massa seperti televisi dan media cetak akan sangat membantu dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat. Penyadaran kepada masyarakat tidak dapat secara instan dilakukan, perlu adanya proses yang berkesinambungan. Adanya iklan yang menarik dan diputar secara berulang-ulang di televisis akan membantu membangun kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat mungkin lebih efektif ketika dibangun melalui media film yang menggambarkan imajinasi masa depan ketika dunia kekurangan bahan pangan. Ketika masyarakat telah sadar bahwa kekurangan bahan pangan menjadi potensi krisis di masa depan, maka implementasi kebijakan pemerintah akan lebih mudah dilakukan.

Berbagai Kerangka Kebijakan

Eksekutif bersama legislatif dalam hal ini memiliki peranan penting untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan antisipasi terhadap krisis pangan. Kebutuhan informasi menjadi salah satu hal yang tidak dapat diabaikan dalam pembuatan kebijakan. Eksekutif bersama legislatif membutuhkan informasi untuk menentukan posisi atau derajat Indonesia dalam menghadapi dampak dari krisis pangan yang akan terjadi. Informasi tersebut terkait dengan perkembangan pasar global, karakteristik sebuah negara yang dikaitkan dengan pasar bahan pangan dunia, komposisi pendapatan antar tiap populasi penduduk, serta respon dari produsen, konsumen dan pemerintah sendiri terhadap kenaikan harga pangan.

International Food Policy Reseach Institute (IPFRI) dalam laporannya menyatakan bahwa dampak dari krisis pangan terhadap suatu negara akan tergantung pada:
1. Posisi perdagangan (ekspor dan impor) dalam komoditas hasil pertanian, relatif terhadap perekonomian suatu negara.
2. Derajat perbedaan harga bahan pangan dunia dengan harga bahan pangan lokal.
3. Sensitivitas pendapatan dan belanja negara untuk menghadapi melonjaknya harga bahan pangan.
4. Kapasitas politik dan fiskal dari pemerintah untuk merespon krisis.

Dengan mengetahui faktor-faktor di atas, maka pemerintah dapat merumuskan kebijakan-kebijakannya dalam rangka antisipasi krisis pangan. Dampak dari krisis pangan juga akan berbeda antara satu komunitas dengan komunitas lain atau antara kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat yang lain. Hal ini tergantung dari: pendapatan yang digunakan untuk belanja bahan pangan, level dari pendapatan dan aset yang akan mempengaruhi tingkat vulnerabilitas ketika terjadi krisis pangan, serta eksistensi dan efektifitas program pemerintah untuk melindungi masyarakat dengan vulnerabilitas tinggi. Pemerintah harus memiliki pemahaman menyeluruh terhadap dampak krisis pangan yang akan terjadi. Krisis pangan dapat berdampak baik pada level nasional maupun individual. Berdasarkan pengetahuan dan pemahaman tersebut, maka pemerintah akan dapat merancang berbagai monitoring dan analisis kebijakan mana yang sesuai dengan kondisi saat ini.

Kebijakan pemerintah dalam hal ini dapat difokuskan pada tiga hal yaitu:kebijakan terhadap lahan, pasar dan pertanian.

Dari faktor lahan, secara kelembagaan pemerintah memiliki kapasitas untuk merancang kebijakan proteksi terhadap lahan-lahan pertanian. Meskipun benturan kepentingan saringkali terjadi, antara kekuatan modal dan kepentingan untuk melakukan konservasi lahan pertanian, pemerintah seharusnya memiliki ketegasan dalam pengaturannya. Pemerintah berusaha untuk mengembalikan pertanian dengan basis produksi dalam negeri, bukan berbasis pada impor. Pemerintah bisa membatasi pengalihan fungsi lahan untuk kegiatan perumahan dan industri yang banyak terjadi pada saat ini. Dalam hal ini, kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah sangat dibutuhkan. Demikian halnya dengan departemen-departemen terkait seperti departemen pertanian dan perusahaan-perusahaan swasta yang ikut berkepentingan terhadap penggunaan dan kepemilikan lahan.

Untuk mencegah adanya krisis pangan, Indonesia setidaknya membutuhkan 15 juta hektar lahan pertanian. Kebutuhan tersebut melatarbelakangi pemerintah untuk membuat undang-undang yang memproteksi lahan pertanian dari konversi sekaligus menciptakan areal-areal pertanian baru. Untuk mewujudkan perlindungan terhadap lahan pertanian pangan produktif, maka pemerintah baik pusat, propinsi maupun kabupaten wajib memberi insentif kepada petani antara lain kemudahan fiskal dan pajak bumi dan bangunan, sarana produksi, pembangunan sarana dan prasarana pertanian serta berbagai kemudahan lainnya. Hal ini dapat mengurangi minat petani untuk menjual lahan pertaniannya. Saat ini, Indonesia hanya memiliki sekitar 7,6 juta hektar sawah dan ratusan ribu lahan kering lainnya. RUU Lahan Pertanian Pangan Abadi (LPPA) yang saat ini sedang digodog sebaiknya segera disahkan. Tidak hanya mengatur tentang perlindungan lahan tetapi juga bagaimana mekanisme pemanfaatan lahan kering atau tidak terpakai.

Dalam peraturannya, pemerintah akan menjamin akses lahan bagi para buruh tani dengan cara revitalisasi lahan yang tidak produktif. Reformasi agraria menjadi hal yang menempati urutan paling atas untuk menghambat pertumbuhan kemiskinan di daerah pedesaan sekaligus melakukan pemberdayaan terhadap masyarakan agar kebutuhan pangan mereka dapat tercukupi. Hal ini juga dapat mengurangi ledakan jumlah urban slum yang menjadi salah satu sasaran dari krisis pangan.

Faktor pasar sangat terkait dengan permasalahan globalisasi ekonomi. Perkembangan pasar internasional akan sangat berpengaruh pada pilihan kebijakan pangan domestik. Keputusan negara maju untuk mengurangi ekspor bahan pangan misalnya, akan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan di negara-negara berkembang, baik dari aspek jumlah yang disediakan maupun harga yang harus dibayar oleh penduduk negara-negara sedang berkembang. Tugas bagi pemerintah untuk dapat melepaskan diri dari jeratan monopoli pangan yang dilakukan oleh negara-negara maju. Pemerintah dapat menyiapkan rancangan kebijakan yang mendorong kemandirian pertanian lokal. Arah kebijakan harus meletakkan petani pada posisi sentral. Kebijakan tersebut tidak terlepas dari dua ranah lain yaitu kebijakan tentang lahan dan pertanian. Aktor yang dapat dilibatkan terkait dengan kebijakan ekspor-impor bahan pangan adalah Bulog. Bulog dapat difungsikan secara maksimal untuk menjaga ketersediaan pangan dalam negeri tanpa bergantung pada produk bahan pangan dari luar. Produk dari petani lokal harus diutamakan untuk konsumsi dan ketahanan pangan dalam negeri.

Salah satu penyebab krisis adalah permasalahan struktural—gap antara negara-negara maju dan negara-negara berkembang. Meskipun akan sangat sulit dilakukan, pemerintah seharusnya bisa menentukan sikap untuk memutus struktur yang constraining menjadi enabling. Isu tentang kemandirian barangkali bisa menjadi salah satu solusi. Pemerintah mempunyai kapasitas untuk bernegosiasi dengan melakukan perundinga-perundingan dengan lembaga internasional untuk bersama-sama mengantisipasi krisis pangan.

Kesadaran akan kehadiran krisis pangan ini telah meluas sehingga rasanya tidak sulit bagi pemerintah untuk melakukan pendekatan. Bahkan saat ini, Krisis pangan yang lebih membahayakan dari krisis finansial ini memaksa Bank Dunia mengeluarkan kebijakan baru dalam mengatasi permasalahan pangan global, yang disebutnya "New Deal for Global Food Policy". Kebijakan itu bertujuan meningkatkan produktivitas sektor pertanian di negara-negara miskin agar mereka mampu mengatasi masalah pangan lokal.
Caranya dengan memperbaiki akses para petani melalui pelatihan dan pengembangan, serta sedikit bantuan dana stimulan bagi petani membeli benih untuk musim tanam mendatang. Pemerintah juga bisa melakukan pendekatan kepada negara-negara yang mengalami surplus bahan pangan seperti Thailand dan Vietnam. Antisipasi dan cara mengatasi krisis ini kemungkinan juga bisa melibatkan negara-negara industri kaya yang tergabung dalam G-7 (Kanada, Perancis, Jerman, Itali, Jepang, AS).

Dari dalam negeri, pemerintah kembali merancang paket kebijakan fiskal untuk mengendalikan harga bahan pangan. Selain itu, kemampuan untuk memprediksi hasil dan kebutuhan pangan dalam negeri akan sangat diperlukan. Kebijakan dengan memberi subsidi langsung seperti program Raskin barangkali bisa menjadi solusi jangka pendek. Namun, untuk jangka penjangnya subsidi memiliki dampak negatif yaitu menimbulkan danya ketergantungan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyiapkan strategi program yang lebih baik menyangkut pengendalian harga bahan pangan.

Fokus kebijakan berikutnya adalah pertanian. Permasalahan ini sangat kompleks dan menuntut adanya penyelesaian secara menyeluruh. Pertanian yang dimaksudkan di sini meliputi pemuliaan tanaman pertanian untuk meningkatkan produksi pangan, pengembangan IPTEK pertanian, pencarian bahan pangan alternatif dan peningkatan sumber daya manusia petani. Keseluruhan permasalahan tersebut membutuhkan alokasi penganggaran khusus dari pemerintah untuk pertumbuhan sektor pertanian. Sektor pertanian tidak akan tumbuh baik dengan masyarakat berpendidikan rendah dan kelembagaan lokal yang tidak sensitif terhadap perubahan.

Departemen pertanian dalam hal ini memiliki posisi yang sangat penting. Departemen Pertanian diharapkan memiliki data yang akurat dan detail tentang kondisi pertanian di Indonesia. Data ini menjadi basis untuk merumuskan kebijakan yang sesuai. Pemerintah di level pusat juga harus melakukan koordinasi secara intensif dengan pemerintah daerah. Pemerintah daerah inilah yang kemudian membuat perencanaan, menyediakan instrumen bagi implementasi kebijakan dan menyediakan informasi yang cukup bagi masyarakat agar sektor pertanian mulai dapat dikembangkan.

Proses pemuliaan tanaman juga terkait dengan penggunaan teknolgi dalam peningkatan produktifitas hasil pertanian. Kemajuan teknologi dunia menuntut pemerintah untuk dapat merespon dengan cepat dan menggunakannya. Pemerintah dapat bekerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian yang ada untuk memanfaatkan teknogi dalam bidang pertanian. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dengan para ilmuwan atau biasa disebut sebagai epistemic communities. Para ahli tersebut akan menyediakan informasi berbasis riset. Sedangkan tugas pemerintah adalah mensosialisasikan temuan tersebut, menyediakan sarana dan prasarana yang dapat mendukungnya.

Penggunaan teknologi bermanfaat untuk menemukan varietas tanaman unggul dan budidaya tanaman hasil rekayasa (transgenik). Pemuliaan tanaman tidak hanya dapat dilakukan dengan teknologi konvensional seperti perkawinan silang, tetepi juga dapat dilakukan dengan menggunakan bioteknolgi seperti kloning dan pengembangan galur tanaman transgenik. Teknologi juga dapat menimbulkan dampak negatif seperti hilangnya varietas lokal yang kemungkinan memiliki produktifitas lebih tinggi. Penggunaan teknologi modern juga perlu diantisipasi pula dampak negatifnya seperti pengurangan kualitas ekologi dan adanya ketergantungan terhadap penggunaan teknologi modern. Segala bentuk kebijakan yang diambil harus dapat dievaluasi secara dini terkait dengan kemungkinan keuntungan dan kerugian yang dihasilkan.
Berlawanan dengan penggunaan teknologi modern, peningkatan produksi lokal juga bisa dilakukan dengan menfasilitasi perkembangan kearifan lokal. Masyarakat tradisional memiliki berbagai pengetahuan untuk mempertahankan hidup termasuk pengetahuan bercocok tanam dari setiap jenis tanaman. Teknologi dan industrialisasi sistem pertanian bukan berarti harus mengilangkan kearifan tersebut seperti penetapan keseragaman dalam kebijakan revolusi hijau. Kearifan lokal tersebut perlu tetap dilestarikan dalam rangka peningkatan hasil produksi.

Pemerintah juga dapat mengadopsi teknologi Food Crises Prevention Calender (CPC). Sistem penanggal ini akan memberikan informasi tentang kondisi terkini untuk melakukan early warning information sistem. Informasi dari penanggalan tersebut akan menyediakan kemudahan untuk melakukan monitoring terhadap musim tanam. Pendekatan CPC didasarkan pada karakteristik pada suatu level krisis dan informasi produksi yang sesuai dengan waktu dan format tertentu. Informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh pembuat kebijakan—tergantung pada level krisis yang sedang dihadapi. Penyebaran informasi dilakukan secara bertahap mulai dari lavel regional, sub-regional, nasional dan tingkat lokal. Proses ini termasuk melakukan survey lapangan dan identifikasi zona yang mengalami vulnerabilitas.
Pemerintah membuat kebijakan untuk membudidayakan sumber pangan alternatif selain beras. Tanaman sepertu ubi jalar, ubi kayu, dan sagu dapat digunakan sebagai penghasil tepung pengganti beras. Selain berbagai bentuk program penyuluhan, peran media sangat diperlukan untuk menyebarkan informasi tersebut kapada masyarakat. Pemerintah dapat membangun persepsi baru tentang sumber pangan alternatif kepada masyarakat melalui media.

Proses ini dapat didukung dengan kehadiran NGO yang sudah berpengalaman dalam melakukan advokasi terhadap para petani. Pengetahuan terhadap metode dan proses bertanaman yang baik sangat penting dimiliki oleh petani. Oleh karena itu, penyuluhan secara formal dan informal menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan pemerintah mulai sekarang. Program ini bisa dilakukan oleh Pemda setempat yang bekerja sama dengan NGO atau dengan melibatan mahasiswa jurusan pertanian. Untuk menunjang evaluasi dan terlaksananya program, pemerintah perlu memberikan apresiasi terhadap komunitas petani yang mampu memperbaiki hasil pertanian di daerahnya dengan pola insentif bagi petani. Pemda dengan bantuan stakeholder terkait dapat melakukan pelembagaan terhadap organisasi petani komoditas pangan, seperti kelompok tani, koperasi, ormas, dan sebagainya.

Semangat dari desentralisasi ekonomi dapat diwujudkan ketika pemerintah pusat dan daerah dapat merangsang dunia usaha swasta untuk menggarap dan memanfaatkan inisiatif investasi baru di tingkat daerah untuk mengembangkan sistem agribisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pembangunan ekonomi di daerah. Sektor swasta tidak dapat dinafikan kehadirannya dalam sebuah sistem. Swasta memegang peranan penting dalam proses distribusi maupun pengolahan hasil pertanian. Pemerintah dengan otoritasnya harus memiliki mekanisme tertentu agar sektor swasta dapat menjadi mitra pemerintahan untuk mengatasi kelangkaan pangan. Logika mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari pihak swasta harus diimbangi dengan kontrol dari negara. Swasta diharapkan mau mengurangi keuntungannya untuk membantu menunjang sektor pertanian.

Pemerintah pusat tidak berdiri sendiri. Kerumitan dan keragaman aktor menjadi tantangan tersendiri untuk menciptakan suatu desain kelembagaan. Pola kepemimpinan pemerintah akan menjadi penentu setiap desain kelembagaan yang dihasilkan. Secara personal, presiden dapat turun tangan sendiri untuk merancang antisipasi krisis pangan tersebut, misalnya dengan membentuk tim khusus antisipasi krisis pangan. Kapasitas presiden dalam hal ini SBY sangat di dukung latar belakang studinya di IPB. Basis akademis ini dapat menunjang langkah antisipasi krisis pangan yang mulai dirasakan masyarakat saat ini. Pola kepemimpinan di sini terkait juga dengan bagaimana seorang pemimpin dapat mengambil keputusan yang cepat dan tepat dengan memperhatikan adanya ketersambungan antar aktor dalam tubuh pemerintah, baik secara horisontal maupuan vertikal.

Berbagai kebijakan yang dibuat bukan berarti harus menempatkan pemerintah sebagai aktor yang interventif terhadap sektor pertanian. Pemerintah harus tetap memberikan kesempatan kepada petani untuk mandiri dan mengembangkan kreativitas yang sesuai dengan kemauan dan kemampuan petani. Petani dalam hal ini tetap ditempatkan sebagai subyek yang mengusahakan sektor pertanian. Pemerintah akan memberikan dukungan untuk pengembangan komoditi-komoditi spesifik dari berbagai daerah yang memilki keunggulan kompetitif dan komparatif.

Kesimpulan

Ketahanan pangan harus segera diusahakan oleh pemerintah. Tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan pangan untuk jangka waktu tertentu tetapi juga menyangkut aksesibilitas masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pangannya, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kebijakan untuk mengantisipasi krisis pangan yang telah dipaparkan di atas hanya menjadi semacam kerangka untuk lebih memfokuskan peningkatan produktifitas pertanian dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan. Melalui skema kebijakan dalam tulisan ini diharapkan pemerintah dapat lebih memiliki sensitifitas terhadap krisis pangan yang pasti akan terjadi. Pangan merupakan persoalan hidup dan mati manusia sehingga ketersediannya di masa yang akan datang menjadi sangat penting untuk diperhatikan mulai dari sekarang.

Segala bentuk format kelembagaan dan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah tidak akan berhasil tanpa dukungan dari masyarakat dan sektor swasta. Meskipun demikian, antisipasi krisis tetap menjadi tanggung jawab pemerintah dengan membangun kerangka kelembagaan yang terintegrasi, terdapat fungsi-fungsi spesifik yang melekat kepada setiap komponen aktor dan adanya ketersambungan antar aktor untuk bersama-sama melakukan antisipasi terjadinya krisis pangan. Fokus kebijakan dapat dilakukan pada tiga lokus yaitu kebijakan untuk lahan, pasar dan pertanian.

Perancangan dan implementasi kebijakan sebagai respon dari krisis pangan melibatkan suatu format kelembagaan yang kompleks. Hal ini membutuhkan kemampuan koordinasi dan proses membangun jaringan yang dilakukan pemerintah terhadap aktor-aktor di sekitarnya. Koordinasi menjadi bagian penting untuk menjamin ketersambungan antar komponen aktor sehingga setiap kebijakan antisipasi krisis pangan dapat dilaksanakan dengan maksimal.









REFERENSI

Buku:
Arifin, Dr. Bustanul. 2005, Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi, Jakarta:Grasindo
Usman, Sunyoto (ed), 2004, Politik Pangan, Yogyakarta:CIRED
Wahono, Francis, Ab. Widyanta, dkk (ed), 2005, Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragamn Hayati: Pertaruhan Bangsa yang Terlupakan. Yogyakarta: Cindelaras Pustaka Rakyar Cerdas

Website:
Abidin, Zainal. Ancaman Kemiskinan Global Baru Akibat Krisis Pangan dalam http://www.antara.co.id/arc/2008/4/20/ancaman-kemiskinan-global-baru-akibat-krisis-pangan/ dowmload tanggal 11 Desember 2008.
ANT/EDJ, 2017 Indonesia Terancam Krisis Pangan dalam http://64.203.71.11/ver1/Ekonomi/0712/10/122512.htm, download tanggal 11
PBB Ingatkan Dunia, Krisis Pangan Ancam Keamanan Global. http://khoirzahra75id.multiply.com/journal/item/118/PBB_IngaTkaN_DuNiA_KriSiS_PaNgaN_AnCam_KeAmaNan_GloBaL . Download tanggal 11 Desember 2008.
Mentan Anton Apriyantono dalam Cegah Krisis Pangan, Indonesia Butuh 15 Juta ha Lahan Pertanian.http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=5083&Itemid=699. Download tanggal 11 Desember 2008.
Multi-Hazard early warning for Impact Assesment in Food Crises Prevention Process dalam http://www.efsa.europa.eu/cs/BlobServer/Event_Meeting/report_seminar_handling_crisis_skopje_27_28may.pdf?ssbinary=true. Download tanggal 11 Desember 2008
Todd Benson, Nicholas Mino (et.all), Global Food Crises Monitoring and Assessing Impact to Inform Policy Responses (food policy report). Washington, September 2008. Dalam http://www.ifpri.org/pubs/fpr/pr19.pdf . download tanggal 11 Desember 2008.
Desember 2008.
Yuniarti, Nia. Krisis Pangan, Ironi Negeri Ini dalam http://www.km.itb.ac.id/web/index.php?option=com_content&view=article&id=98:krisis-pangan-ironi-negeri-ini&catid=34:fokus&Itemid=72. Download tanggal 11 Desember 2008.

Percakapan kembali dilanjutkan..

Percakapan kembali dilanjutkan..

21 Desember 2008

# Bukankah kita hanya mayat-mayat yang mati di dunia? Berjalan tanpa tujuan dalam penjara jasad busuk penuh dosa? Bukankah kita sebenarnya telah mati di dunia ini? Ada yang menggangu sebelum waktu pemahamanku tiba. Bodoh juga kalau aku harus mengikuti kehidupan asketisme para sufi. Hidup seperti adanya begini kadang-kadang membuatku muak. Meninggalkan dunia? Moksa?

## Jadi, menurut kamu bagaimana baiknya?

# Banyak yang bilang harus bersyukur. Itu pun terdengar seperti kata yang berusaha untuk menentram-nentramkan bukan? Banyak pertentangan tanpa dasar yang jelas, padahal tak seharusnya dipertentangkan. Kegelisahan tetap saja tak mau pergi. Gak rau ne, lagi error.

## Sama.

# Orang-orang kadang mempersamakan dan membedakan sesuatu semaunya sendiri. Dengan nilai-nilai yang mereka ciptakan sendiri. Terkekang hanya dengan kata seharusnya.

## Aku semakin bingung dengan kata-katamu yang bersayap-sayap. Kebingungan mungkin bagian dari pembelajaran. Aku lebih baik diam.

# Selamat ngimpi, kawan..

..........................

Darinya, 10 Desember 2008

Cinta mengajariku untuk tak berkata-kata. Hati ini begitu tersembunyi, hingga mata pun sukar mencerna. Dan... Ketika Jiwa mampu berkata-kata, raga ini tak lagi mendampingi. Perca-perca cinta itu pun telah menjadi jubah raja. Tetes-tetes air mata kini menjadi belanga tak berwarna. Aku cukup pinta bukti cinta, satu kecupan keningmu yang terlara.

# apapun tentang cinta, aku telah melupakannya. Segala hal yang teringat adalah keburukan dan penderitaan. Mungkin benar perkataanmu di malam itu. Dunia ini diciptakan tanpa cinta. Kalaupun sejatinya itu ada, maka ia tak pernah sampai kepada manusia-manusia seperti kita. Bahkan percikannya pun tak pernah sampai. Terlara dan bahagia dalam satu waktu. Kedukaan adalah minuman paling memabukkan dalam segelas piala berisi cinta. Ia bukan benda hingga tak dapat terasakan. Tak dapat terasakan dengan indera. Barangkali kita memang belum mengenal jiwa kita sendiri. Lupa atau apalah namanya.

....................................................................

31 Desember 2008

Akan berceritalah saya tentang ngelmu. Sepertinya tulisan ini akan berisi sesuatu yang sangat berat. Sangat berat sampai tak bisa tertuangkan dalam tulisan. Isinya bukan lagi main-main tentang cinta atau sekadar becerita kehidupan manusia. Ini akan memuat sesuatu yang sangat berbeda. Bahkan orang akan tersesat ketika tak mampu memahaminya. Tak akan bisa mengurai keruwetannya tanpa jalan terang yang sengaja ditunjukkan. Ngelmu tak begitu saja bisa dipelajari dan dipahami. Penting untuk mengamalkan apa yang telah dimengerti. Apapun yang akan dituliskan merupakan sesuatu yang sangat sakral. Tak sembarang orang bisa membaca tulisan semacam ini. Beberapa diantaranya akan menganggap tulisan semacam ini hanya sebagai bualan orang gila kesepian. Bagi yang lain, mereka akan seperti mendapatkan mata air di tengah dahaganya kehiduapan dunia. Bagi yang lainnya lagi, mereka akan menganggap kalau tulisan ini menyesatkan dan harus segera dilenyapkan sebelum jatuh korban. Sedasyat itukah tulisan ini nantinya? Tentu tidak begitu. Jangan sampai anda tertipu dengan awalan yang saya buat sedemikian. Hanya pengarang bodoh, mana mungkin bisa buat tulisan tentang hal yang saya sendiri tidak mengerti.

Tentu saya juga tidak akan mengecewakan anda. Sedikit saja barangkali saya bisa bercerita. Tentang yang saya dengar dan renungi sendirian. Entah siapa yang benar dan salah. Tapi hanya ini yang bisa saya bagi.

Seseorang datang di malam satu Muharram kemarin dulu. Malam yang sangat sakral dimana banyak orang-orang spiritual memanjatkan doa di tempat-tempat tertentu. Banyak sekali doa barsama digelar pada malam itu. Demikian juga dengan padepokan-padepokan atau pertapaan-pertapaan. Mereka berlomba-loma untuk ngalap berkah dengan berziarah ke makam para aulia atau menggelar ritual-ritual yang mereka percaya.

Orang yang datang itu kemudian memulai ceritanya. Selama ini ia telah banyak mengobati orang, beberapa orang diantaranya sakit karena kesurupan. Hati-hati bagi mbak-mbak yang biasa merenungi nasib dengan pikiran melayang atau kosong mengambang. Apalagi di bulan suro seperti sekarang. Akan banyak sekali dhedhemit dan setan yang bergentayangan. Mencari ruang dalam pikiran kosong manusia untuk kemudian memasukinya. Mengeluarkan hantu yang merasuki tubuh manusia tentu juga bukan pekerjaan yang mudah. Harus bisa merapalkan doa-doa tertentu. Lengah sedikit saja, orang yang mengobati bisa ikut kesurupan juga. Roh itu bisa masuk tubuh manusia melalui nafas. Orang yang bernafas di dekat si kesurupan bisa ikut kesurupan juga. Roh itu bisa bertahan dalam tubuh manusia dan mengambil alih fungsi-fungsi otaknya. Kalau terlalu lama dan berada dalam tubuh manusia, akibatkanya bisa fatal. Meskipun bisa dikeluarkan, kalau terlalu lama orang yang kesurupan tersebut bisa meninggal. Setidakkanya, resiko terkecilnya adalah mengalami gangguan jiwa. Cara mudah untuk mengeluarkan roh dari tubuh manusia adalah dengan menekan jari telunjuka kaki dengan keras. Posisi tangan—jempol dan telunjuk masing-masing menekan kedua sisi jari telunjuk kaki secara menyamping. Cara ini pun harus disertai dengan doa tertentu. Para roh itu biasanya kehilangan tempat tinggalnya. Pohon-pohon yang menjadi rumahnya ditebang oleh manusia hingga mereka mencari rumah baru, yaitu tubuh manusia itu sendiri. Sekian tentang surup-kesurupan.

Berikutnya adalah tentang hawa murni dan apapun yang berkaitan dengan hal itu. Bagian ini dijelaskan dengan bahasa kawi. Jadi, mohon maaf kalau saya tidak mengerti. Pengen menjelaskan tapi takut menyesatkan. Akan labih baik kalau tak dituliskan saja. Kalau penasaran anda bisa bertanya kepada orang yang bersangkutan.

Tentang ngelmu yang saya janjikan di atas, mungkin butuh pikiran ekstra untuk menjelaskannya. Sementara malam ini saya justru tak bisa banyak berpikir. Rasanya lelah sekali. Mungkin karena doa yang terlalu banyak terpanjatkan. Orang ketika memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh, maka tubuh dan badan ini akan terasa sangat lelah. Benarkah? Mungkin bukan itu juga penyebabnya. Saya ini orang yang kebanyakan dosa. Sulit bisa berdoa dengan sesungguhnya. Saya hanya malas saja mengurai benang ruwet yang sangat ruwet.

..................................

Tentang hal lain lagi. Lha nulis kok gak pernah tuntas tho...

Ada Cinta dalam Bus Kota

Barangkali memang perempuan itu mempunyai sifat dasar egois yang luar biasa. Saat kembali ke Jogja setelah liburan penuh dosa, saya kebetulan duduk bersebelahan dengan sepasang suami istri. Mereka naik dari dekat terminal Tirtonadi, Solo. Barangkali memang mereka adalah pasangan muda. Tujuan mereka ke Purwokerto tapi tampaknya akan singgah ke Joga karena sang istri tampak kelelahan luar biasa. Apa semalam....? Atau mereka baru saja menempuh perjalanan jauh.

Hari itu memang panas luar biasa. Mereka naik bertiga. Seorang lagi adalah remaja laki-laki. Barangkali ia adalah adik dari si perempuan. Panas dan mungkin juga lapar. Mereka akhirnya membeli nasi bungkus yang dijual pedagang asongan di dalam bus. Pedagang ini menawarkan nasi ayam dengan harga lima ribu sedangkan nasi telur dengan harga tiga ribu rupiah. Si istri tampaknya salah paham, mengira kalau nasi ayam itu harganya cuma tiga ribu rupiah. Setelah transaksi, si pedagang komplain karena uangnya kurang. Sedikit terdengat perselisihan, si istri mengalah. Si istri ini tampak sangat perhitungan. Ia bertanya berapa ongkos kalau langsung ke Purwokerto dan ongkos kalau misalnya akan singgah dulu ke Jogja. Si istri juga tak ikut membeli nasi ayam. Ia hanya membeli arem-arem seharga seribu rupaih. Beberapa saat kemudian ia membeli dua bungkus melon yang diplastik. Bukannya bermaksud stereotyping tapi ya terserah saya maua bilang apa. Toh ini pendapat saya sendiri.

Suami istri mengenakan batik berwarna biru. Yang istri mengenakan jilbab putih pendek. Sedangkan yang laki-laki membawa tas bercorak hijau mirip tentara. Tas itu tampak berat dan penuh. Mereka juga menjinjing tas kresek hitam yang lumayan banyak jumlahnya. Satu kantong bersisi oleh-oleh. Dan lainnya tak tahu isisnya karena saya tak bisa ngintip. Mereka terlihat sangat mesra. Di tengah udara yang panas, sang suami menyelipkan tangannya di ketiak sang istri. Ia lalu mengelus-ngelus tangan sang istri dengan mesara. Mendekapnya. Sang istri kemudian menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. Saya terasing pi pinggir. Mepet ke jendela. Sesekali terdengat mereka bercakap dengan dialeg khas Purwokerto. “Iki kepriwe? Arep terus apa mampir ka Jogja?”

Tiba-tiba saja, sang istri teringat ada barang yang ketinggalan. Kalau saya tak salah nguping, barang itu adalah foto. Mungkin juga foto perkawinan. Sang istri langsung cemberut. Meminta suaminya untuk SMS bapaknya dan meminta foto itu segera dipaketkan. Sang suami merasa tak enak kalau harus SMS dan merepotkan bapaknya. Sang istri tampak menyalahkan kelalaian sang suami yang lupa membawa foto itu. Sang suami ganti tak mau disalahkan. Sang istri juga memaksa untuk segera SMS, sang suami menolak desakan istrinya. Ia hanya memencet-mencet tombol hp tapi mengurungkan mengirim pesan yang telah ia tuliskan. Si istri sewot terus, padahal belum kesalahan belum tentu terletak pada suaminya. Ia lalu memalingkan badannya ke arah luar. Sang suami dipunggunginya begitu saja. Lucu melihat tingkah perempuan seperti itu. Jadi membayangkan, apakah nanti saya juga akan seperti itu.

Beberapa saat kemudian, saya ikut terlelap karena tak tahan dengan cuaca panas. Bus ekonomi macam begini memanjakan penumpangnya dengan debu dan gumpalan asap yang mulek di dalam bus. Sang istri ternyata telah membalikkan badannya lagi. Ngruntel lagi di tubuh suaminya. Apa gak panas ya? Panasnya dunia akan dingin karena cinta.

.................................

Malam tahun baru ini tak ada yang istimewa. Hanya lagu rock yang menemai sepi. Kali ini sampai berjingkrak-jingkrak melepaskan beban. Tak ada yang menyangka bukan? Kalau saya bisa ngedan seperti ini. Kontemplasi tak pernah mati. Tapi ada yang mati untuk tahun ini dan hidup untuk tahun depan. Apakah itu? Kata Adit kecil, “Rahasia dong..”

.............................

1 Januari 2009

Ada yang berduka di seberang sana. Memandang ledakan kembang api dengan perasaan sangat melankolis. Hatinya berkaca-kaca, sedangkan matanya nanar menatap hingar bingar langit sebelum pergantian tahun. Ada yang akan pergi untuk tahun ini. Ia akan kehilangan seorang kakak temon. Kakak yang sempat memberinya kebahagiaan dengan perhatian dan kabaikan budinya. Kakak itu akan pergi. Menjelang hari depannya bersama seorang janda yang kebetulan diyakini untuk mendampingi hidupnya. Kesedihan mulai memuncak. Tak seharusnya ia merasa sedih begini. Merelakan demi kebahagiaan adalah pengorbanan paling indah. Ia merasa bukan siapa-siapa yang bisa melambatkan langkah kakaknya untuk segera berlari.

# Atiku krasa arep kelangan. Kakangku lanang mbarep dhewe. Sedawaning wengi mung bisa nggetuni. Nanging bisa apa aku iki. Senajan to mung adhi temon..Aku iki dudu sapa-sapa.

## Paseduluran iku ora bakal pedhot sadurunge sukma uwal saka raga. Ora usah susah uga getun. Kasunyataning urip pancen wis digarisake. Mergo asihe adhi kang sejati, yaiku nalika bisa melu ngrasaake senenge kakange.

# Samestine aku melu bungah. Nanging anane amung rumangsa dilalekke. Beda, tindak tanduke, solah bawane wus beda. Adoh, saya adoh rasane. Biyen-biyene piye nalika sepi ra ana kanca sms. Sawise seneng banjur ilang dumadakan. Mak dheg. Rasa-rasane ati kaya digembosi. Abot olehku ambegan..

## Percaya wae yenkakangmu sejatine isih tansah kelingan. Yo mungkin pancen akeh kang dadi pikiran. Iku ora berarti dheweke sengaja nglalekke sliramu. Disuwun pangertene wae.

.................................

16 Januari 2008

Setelah sebuah kejadian tentang itu, sesuatu terungkap dan barangkali sangat menyakiti.

# Semua terjadi berawal dari dia. Kemudian mengalir melalui hari-hari tanpa hilir. Pesan dari kenangan pun terbaca juga oleh hati. Kemudian tangis ini meronta-ronta bagai petir tua. Seakan ada tawa di balik luka. Neneka tak bermuda itu pun berjalan dengan tulang-tulang tak perawan. Demi mengabarkan hinanya cinta ke ujung dunia.

## Malam kembali tak bisa menemukan matahari. Begitu beku dan dingin. Seekor betina kembali terjebak dalam perangkap yang sama. Betapa bodoh, betapa malangnya dia. Kembali jatuh. Hanya untuk menangkap bayangan matahari di itas riak kali. Dalam sebuah sudut malam yang beku.