Rabu, 01 Juni 2011

Ingatan Rapuh Desa Brubuh

Seperti itulah matamu,
berdiam antara kedalaman samudra
dan dunia para pencuri.
Begitu saja cinta kita,
seperti seikat rambutan
kau curi dari pohon di kebun tetangga.
Kau manjat, dikeroyok semut hitam
Katamu ini lebih manis,
dari rambutan kehijauan yang bergerombol
di pekarangan samping rumahmu.

Seperti maling,
kita saling mencuri nafas
Mbah kakung angon kambing dan cari rumput
Mbah putri menyiapkan makan siang
Tubuh bongkoknya riang memasak sayur lodeh dari ketela
di bumbu bawang, cabai dan garam saja
tungku dan gemeretak kayu menyusupkan asap
siap mengintip kita dari celah jendela menutup rapat

cinta kita memang hanya seikat rambutan curian
melawan gravitasi dengan melemparkan kejahatan
mimpi menggantungnya di langit tak bisa jatuh
menjadi bintang, kejora, bahkan
tiba tiba aku mengingat Brubuh
tikar pandan lusuh dan uap kopi
menyepuh peluh

1 Juni 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar