Selasa, 03 Mei 2011

Pesta Makam Cintaku

Kau masih sunggingkan senyuman. Tak sungkan-sungkan memintaku membawakan sepasang kembar mayang di hari pernikahanmu. Biar kuhangatkan pestamu. Dengan butir-butir cemburu yang kuperam di balik matahari. Biar kubekukan pestamu, kekasih. Dengan taburan kamboja dari makam cinta yang kusimpan di kutub semesta.

Jika saja, kepura-puraan bisa terjadi begitu gampang. Betapa lega segala ini kulakukan tanpa pernah aku berkata.

Kekasih, aku masih seperti buta yang sengaja ngajak pengantinmu main petak umpet. Tentu kau tak akan pernah tahu, betapa sulit aku menemukan persembunyian. Karena setia, kau sembunyi itu tak akan pernah kuberitahu.

Kekasih, aku akan menjauh sejenak. Aku telah membuat yang seperti kau diingatanku. Semakin lekat diriku kepada kenyataan sampai kian jauh aku dari kau yang nyata sesungguhnya. Aku membuat tiruanmu dari jaya cerita sejarah masa lalu dan sisi-sisi palsu ini begitu menarik.

Selalu bisa aku menggambarmu dengan detail yang kukonstruksikan sendiri. Dari garis tepi kuku hijau hutanmu sampai lipatan lembut di wajahmu yang bergerak-gerak ketika kau berganti-ganti rupa. Sedih dan bahagia untuk siapa. Sepasang sayap kecil keluar dari punggungg langitmu. Hitam asap begitu pekat.

Negeriku adalah kekasih yang mencinta sekian juta manusia dari lain dunia. Rela meski bopeng bertopeng kepalsuan dan kebohongan. Bersetia pada para pengkhianat mengaku pecinta.

Aku masih menekuk mata. Memejam dan melihatmu membungkuk. Memintaku membawakan sepasang kembar mayang di hari pernikahanmu. Gunung emas dan timah. Mahar kehancuranmu untuk para pengantinmu itu.


1 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar