Bait Henti
Pada sebuah masa
Ketika angin berhenti
Sehingga sepi
Dalam semesta
Tetap adanya
Maka dia
Akan segera bangkit
Menjemputku
Menemui langit
Di atas langit
Pada henti
2004
Rindu Cahaya
Ada yang rindu cahaya datang
Pertemuan perih mulai mengerang
Bersama angin ia begitu tenang
Bersama tenang ia begitu resah
Bersama resah ia begitu pasrah
Cahaya yang dirindukan
Akan benar-benar datang
Menjemputnya pulang
2004
Mencintai Tanah
aku akan mulai beramah tamah dengan tanah
mengenalkan tapak kakiku pada permukaannya yang basah
aku akan mulai mengakrabi tanah
hingga saat aku berada di dalam tanah
kita telah saling mengenal
tubuhku tak akan dingin karena selimut tanah
saling menghangatkan berada dalam tanah
biar membusuk sudah
aku tetap mencintai tanah
dan tak pernah usai kesepian ini
saling bicara tentang mati
2004
Pada Sebuah Mimpi
Aku bermimpi hidup di atas kelopak melati
Setiap hari hanya akan harum yang tercium
Hingga lupa
Busuk sepatu mereka
Saat ditanggalkan begitu saja
Di setiap teras, di setiap beranda
Lupa sudah anyir darah
Mereka yang hanya bisa makan
Di atas derita
Menjadi lupa segala
Duniku selebar kelopak melati
Dunia hanya tercium wangi melati
2004
Balada Anak Tanpa Nama
Hidup memang susah
Saat makan harus mengais sampah
Hidup semakin sulit
Saat tubuh dan jiwa kian terhimpit
Hidup itu kejam saat kegelisahan
tak pernah enggan mengunci malam
malam itu, seorang anak mati dibunuh preman
mati karena lari dari ibunya sendiri
ibu yang mencari, marah dan mencintai
temannya hanya terdiam melihat si anak tak bernyawa
tak seorang pun segera menolong
tak seorang pun jadi peduli
dibiarkannya tiga hari si anak tanpa kubur
hanya karena tanpa nama
warga tak menerima mayatnya di pekuburan kampung mereka
sang teman terpaksa menggali
dengan tangan sendiri
gubuk itu sepert padam
tampak dikejauhan
rumah jadi pekuburan
2004
Di Pemukaan Kolam
Kau melihat permukaan kolam
Langit di sana
Ikan-ikan seperti terbang
Bersama lumut, paku dan ganggang
Kita tak sedang melihat kebenaran, bukan?
Hanya pantulan
Hanya biasan
2004
Pesan
Hidup membutuhkan hidup yang lain
Entah dari sudut waktu bagian mana
Entah tak bisa mendatangkannya
Tak bisa juga merebutnya
Perempuan buta itu datang lagi
Kembali membawa pesan tanpa alamat
Kepada para penyair kurang kerjaan
Perempuan itu bertanya
Untuk apa mereka memegang pena
Kalau tak benar-benar bisa melihat dunia
Sajaknya hanya ngarang saja
Entah dapat kata darimana
Bukan dari dunia ini mestinya
2004
Tiang-Tiang Langit
Seperti butiran pasir di tengah gurun
Kepala-kepala manusia
sedang mencari badan mereka
Untuk menyangga langit
Hingga tak bisa runtuh
Menimpa dunia
Sudah terlanjut penuh derita
2004
Doa Sebelum Tidur
Tuhan
Bebaskan aku
Dari belenggu
Terus terang
Aku sedang
Sangat membenci
Kewarasanku
2004
Senja Selamanya
Jika saja
Aku bisa
Menarik kembali
Matahari
Tentu dunia
Akan menjadi senja
Selamanya
Inilah
Sebuah detik
Tanpa nama
Ketika langit
Setelah hujan
Menjadi seperti
Bunga kaca piring
Seperti pecah
Berkeping-keping
2004
Sampai Padamu
Batu-batu terbelah
Diantara seribu perdu
Sebatang rumput bicara
Lelah berkisah
Tentang lelah
Telah kuturunkan matahari
Senja dilangit
Untukmu
Melubangi awan
Mencari pintu
Hanya untuk
Sampai padamu
2004
Pesan Tak Sampai
Barangkali
Pesan ini
Hanya seperti
Belukar terbakar
Hanya bagaikan
Kunang-kunang
Kehilangan
Kerdip lilin
Di bahunya sendiri
Terbang
Di sepanjang gurun
Gemetar
Dalam badai pasir
Dan hujan
2004
Selasa, 26 April 2011
Kamis, 21 April 2011
Sajak dari Hari Terbaik Spongebob (The Best Day Ever)
1
Ketika esok kekasihku akan melangkah melewati lengkung janur
Aku berpupur pura-pura gembira dengan tetap menangkap ubur-ubur
Ketika sepasang pengantin yang melangkah di bawah janur itu tersambar guntur
Aku akan dengan senang hati menangkap ubur-ubur
2
Ketika tuhan hanya menjadi baju berwarna kabur
Aku akan tetap mengayunkan jaring, menangkap ubur-ubur
Ketika orang tak lagi mendengar khotbah dan lebih percaya pada tukang cukur
Aku tetap masih asyik menangkap ubur-ubur
3
Ketika Mbok Darmi tak bisa lagi sembuhkan manusia sekarat dengan beras kencur
Aku akan tetap mengejar sekawanan ubur-ubur
Ketika Kang Tardjo tak punya uang, dicerai istri, bunuh diri nyemplung sumur
Aku masih bermain bersama Patrick menangkap ubur-ubur
4
Ketika Pak Tani kehilangan tanah gembur, bumi gersang tak lagi subur
Aku akan mengiringi arus bawah laut, menangkap ubur-ubur
Ketika ladang, hutan dan sawah digantikan gedung-gedung, menjelma kubur
Aku akan membuat jengkel Squidworld sambil menangkap ubur-ubur
5
Ketika para pekerja demi uang rela tak pulang karena lembur
Aku masih dengan senang hati menangkap ubur-ubur
Ketika balerina kehidupan menjadi kaku tak lagi lentur
Aku tetap menjadi gelombang menyatu samudra dengan menangkap ubur-ubur
6
Ketika bisa kata-kata para ular penguasa tak lagi terbendung menyembur
Aku masih di dasar laut menangkap ubur-ubur
Ketika politik hanya mengorbankan rakyat menjadi pion-pion catur
Aku akan mengajak Tuan Crab menangkap ubur-ubur
7
Ketika bom meledak dimana-mana, dunia hancur lebur seperti bubur
Aku masih berlarian diantara karang menangkap ubur-ubur
Ketika banyak orang hilang, kabarnya dicuci otak sampai luntur
Aku tetap mengajak Shandy yang jado berkelahi itu menangkap ubur-ubur
8
Ketika penari melakonkan kesedihan Drupadi dengan melepaskan sampur
Aku tidak akan peduli,melenggang di tengah-tengah ganggang
Menangkap ubur-ubur
Kukidungkan tembang pangkur
Sampai tersungkur
Tubuh kaku membujur
Kehilangan alur
Aku nglindur
Ketemu Spongbob lalu kabur
Diajak nangkap ubur-ubur
19 April 2011
Pada suatu senja, ketika sedang menggila bersama
Ratna & Eka
Ketika esok kekasihku akan melangkah melewati lengkung janur
Aku berpupur pura-pura gembira dengan tetap menangkap ubur-ubur
Ketika sepasang pengantin yang melangkah di bawah janur itu tersambar guntur
Aku akan dengan senang hati menangkap ubur-ubur
2
Ketika tuhan hanya menjadi baju berwarna kabur
Aku akan tetap mengayunkan jaring, menangkap ubur-ubur
Ketika orang tak lagi mendengar khotbah dan lebih percaya pada tukang cukur
Aku tetap masih asyik menangkap ubur-ubur
3
Ketika Mbok Darmi tak bisa lagi sembuhkan manusia sekarat dengan beras kencur
Aku akan tetap mengejar sekawanan ubur-ubur
Ketika Kang Tardjo tak punya uang, dicerai istri, bunuh diri nyemplung sumur
Aku masih bermain bersama Patrick menangkap ubur-ubur
4
Ketika Pak Tani kehilangan tanah gembur, bumi gersang tak lagi subur
Aku akan mengiringi arus bawah laut, menangkap ubur-ubur
Ketika ladang, hutan dan sawah digantikan gedung-gedung, menjelma kubur
Aku akan membuat jengkel Squidworld sambil menangkap ubur-ubur
5
Ketika para pekerja demi uang rela tak pulang karena lembur
Aku masih dengan senang hati menangkap ubur-ubur
Ketika balerina kehidupan menjadi kaku tak lagi lentur
Aku tetap menjadi gelombang menyatu samudra dengan menangkap ubur-ubur
6
Ketika bisa kata-kata para ular penguasa tak lagi terbendung menyembur
Aku masih di dasar laut menangkap ubur-ubur
Ketika politik hanya mengorbankan rakyat menjadi pion-pion catur
Aku akan mengajak Tuan Crab menangkap ubur-ubur
7
Ketika bom meledak dimana-mana, dunia hancur lebur seperti bubur
Aku masih berlarian diantara karang menangkap ubur-ubur
Ketika banyak orang hilang, kabarnya dicuci otak sampai luntur
Aku tetap mengajak Shandy yang jado berkelahi itu menangkap ubur-ubur
8
Ketika penari melakonkan kesedihan Drupadi dengan melepaskan sampur
Aku tidak akan peduli,melenggang di tengah-tengah ganggang
Menangkap ubur-ubur
Kukidungkan tembang pangkur
Sampai tersungkur
Tubuh kaku membujur
Kehilangan alur
Aku nglindur
Ketemu Spongbob lalu kabur
Diajak nangkap ubur-ubur
19 April 2011
Pada suatu senja, ketika sedang menggila bersama
Ratna & Eka
Serat Sabda Pralon
Sabda jenengku cilik. Amarga dadi tukang pipa, mula wong-wong dadi ngarani aku Sabda Pralon. Senajan jenengku mirip abdine Raja Majapahit kae, nanging aku blas ra ana gandheng cenenge karo Sabdo Palon lan Naya Genggong. Aku mung Sabda Pralon. Wong cilik sing urip kaya ublik. Mobat-mabit yen kena angin ing pacobaning urip.
Aku mung karan Sabdo Pralon. Omahku cedhak kuburan sisih kulon. Jare Si Mbok, aku mung anak kwalon. Omah mung gedhek, ra kuat mbangun nganggo beton. Wetonku Slasa Kliwon, urip bebrayan kok mung kebak padudon. Bojoku kakehan percaya gugon tuhon. Saben ndina neng pasar tuku empon-empon. Ra ngerti dikapakne jare ben langsing ora kelemon. Wong wis tuwa ora tau ndeleng raine ing kaca ngilon. Wis pating njengkerut isih rumangsa kaya artis sinetron.
Jenengku pancen Sabda Pralon. Tua-tua kok yo isih disenengi banci salon. Ra ana sing ngerti yen aku sikatan mung ing pasaran Pon. Ababku mambu, bojoku nesu. Beras ra nate nyukupi dienggo mangan sesasi. Anane mung sak maron. Yen kepengin mangan kudu gelem paron. Anakku wadon siji jenengen Cemplon. Rung tamat es em a wis wani kelon. Anakku meteng, ndonyaku tambah peteng. Kepeksa tak dadekne manten karo wong lanang liya senajan ora seneng. Si Cemplon saiki dadi cah angon. Karo maratuane di tukokne wedhus sajodho. Anake lan wedhus kabeh diangon, dipakani godhong wangon.
Sabda Pralon pancen dudu sapa-sapa. Nanging uripku isih kepengin bisa miguna. Iline banyu sing tansah tak jaga. Senajan mung dadi tukang pipa. Aku isih bisa ngucap syukur marang Gusti Kang Maha Kuasa. Sabda Pralon jenengku. Aja dienyek aja diguyu. Suk bakal kawiyak sapa sejatine aku. Ning saiki isih kudu laku sengsara, kebak coba, kanggo nebus karma.
Mula rungakna iki sabdaku. Sabdane Sabda Pralon. Sabda kanggo para manungsa sing kelangan gocekan. Ilang ing ndonya kebak angkara murka. Para manungsa enggal golekana. Ing endi bisa kepanggih tapake kuntul mabur lan galihe kangkung.
Aja padha kleru. Aku dudu Sabda Palon. Sing bakal teka nalika Gunung Merapi njebluk kanthi lahar mili ngidul mengulon. Aku dudu Sabda Palon kang bakal nyebarake agama budi ing tanah Jawa. Kang bakal ngowahi tatanan nuju jaman kalasuba. Aku uga dudu Zarathustra sing miyak wadi kemunafikane manungsa. Aku mung Sabda Pralon, tukang pipa kang omahe cedhak kuburan sisih kulon.
Mula enggal rungokno sabdaku. Yen kowe kabeh isih pengin slamet lan nemu kabegjan urip. Iki dudu Sabda Pralon sing omong. Kabeh para manungsa, enggal metua saka senthong. Mlakua tumuju ing karang bolong. Sakdawaning dalan sumebar kembange telon. Bakal ana bom mbledos sak enggon-enggon. Sakwetara tutupen panca driya kanggo ngrasakne tanda. Iki dudu Sabda Pralon sing omong. Hey, para manungsa enggal landhepana rasa. Yen isih kepengin manggih mulya.
Wong mlarat pancen kerep edan. Kaya aku Sabda Pralon. Ngoceh ra karuan juntrunge. Aku ora waton omong nanging omanganku tansah nganggo waton. Omongane Sabda Pralon sing lagi klebon Sabdo Palon. Ora ngerti apa kang wis tak kandhaake. Wong-wong banjur ngarani aku edan. Senajan urung nganti uda neng pinggir dalan, ra kathokan, diuber jaran. Ora ana kang ngerti sejatine apa kang kedadean marang awakku. Sabda Pralon lebur karo Sabda Palon. Ana sing lagi nggoleki raga kanggo maujud ing alam ndonya. Sapa sejatine Sabda Palon. Sapa sejatine Sabda Pralon.
17 April 2011
Karipta Dening Ratna, Eka lan David
Aku mung karan Sabdo Pralon. Omahku cedhak kuburan sisih kulon. Jare Si Mbok, aku mung anak kwalon. Omah mung gedhek, ra kuat mbangun nganggo beton. Wetonku Slasa Kliwon, urip bebrayan kok mung kebak padudon. Bojoku kakehan percaya gugon tuhon. Saben ndina neng pasar tuku empon-empon. Ra ngerti dikapakne jare ben langsing ora kelemon. Wong wis tuwa ora tau ndeleng raine ing kaca ngilon. Wis pating njengkerut isih rumangsa kaya artis sinetron.
Jenengku pancen Sabda Pralon. Tua-tua kok yo isih disenengi banci salon. Ra ana sing ngerti yen aku sikatan mung ing pasaran Pon. Ababku mambu, bojoku nesu. Beras ra nate nyukupi dienggo mangan sesasi. Anane mung sak maron. Yen kepengin mangan kudu gelem paron. Anakku wadon siji jenengen Cemplon. Rung tamat es em a wis wani kelon. Anakku meteng, ndonyaku tambah peteng. Kepeksa tak dadekne manten karo wong lanang liya senajan ora seneng. Si Cemplon saiki dadi cah angon. Karo maratuane di tukokne wedhus sajodho. Anake lan wedhus kabeh diangon, dipakani godhong wangon.
Sabda Pralon pancen dudu sapa-sapa. Nanging uripku isih kepengin bisa miguna. Iline banyu sing tansah tak jaga. Senajan mung dadi tukang pipa. Aku isih bisa ngucap syukur marang Gusti Kang Maha Kuasa. Sabda Pralon jenengku. Aja dienyek aja diguyu. Suk bakal kawiyak sapa sejatine aku. Ning saiki isih kudu laku sengsara, kebak coba, kanggo nebus karma.
Mula rungakna iki sabdaku. Sabdane Sabda Pralon. Sabda kanggo para manungsa sing kelangan gocekan. Ilang ing ndonya kebak angkara murka. Para manungsa enggal golekana. Ing endi bisa kepanggih tapake kuntul mabur lan galihe kangkung.
Aja padha kleru. Aku dudu Sabda Palon. Sing bakal teka nalika Gunung Merapi njebluk kanthi lahar mili ngidul mengulon. Aku dudu Sabda Palon kang bakal nyebarake agama budi ing tanah Jawa. Kang bakal ngowahi tatanan nuju jaman kalasuba. Aku uga dudu Zarathustra sing miyak wadi kemunafikane manungsa. Aku mung Sabda Pralon, tukang pipa kang omahe cedhak kuburan sisih kulon.
Mula enggal rungokno sabdaku. Yen kowe kabeh isih pengin slamet lan nemu kabegjan urip. Iki dudu Sabda Pralon sing omong. Kabeh para manungsa, enggal metua saka senthong. Mlakua tumuju ing karang bolong. Sakdawaning dalan sumebar kembange telon. Bakal ana bom mbledos sak enggon-enggon. Sakwetara tutupen panca driya kanggo ngrasakne tanda. Iki dudu Sabda Pralon sing omong. Hey, para manungsa enggal landhepana rasa. Yen isih kepengin manggih mulya.
Wong mlarat pancen kerep edan. Kaya aku Sabda Pralon. Ngoceh ra karuan juntrunge. Aku ora waton omong nanging omanganku tansah nganggo waton. Omongane Sabda Pralon sing lagi klebon Sabdo Palon. Ora ngerti apa kang wis tak kandhaake. Wong-wong banjur ngarani aku edan. Senajan urung nganti uda neng pinggir dalan, ra kathokan, diuber jaran. Ora ana kang ngerti sejatine apa kang kedadean marang awakku. Sabda Pralon lebur karo Sabda Palon. Ana sing lagi nggoleki raga kanggo maujud ing alam ndonya. Sapa sejatine Sabda Palon. Sapa sejatine Sabda Pralon.
17 April 2011
Karipta Dening Ratna, Eka lan David
Jumat, 15 April 2011
Gendhinging Bocah Gendheng
wayah wengi greneng-greneng
ana sing ngiket tresna linambaran rasa seneng
budheku bakal mantu
anak wadon siji sing diantu-antu
mbak eviet sing moblong-moblong pindha bendara raden ayu
nanging jik kalah ayu nek dibandingake aku
ah, aku kok durung nemu
apa pancen kesuwen anggone nyaru
ing negara Matsya sak suwining telung windu
nakula ngabekti marang raja Wirata rina klawan wengi
direwangi dadi dharmagranti
ngurusi jaran minangka laku anggenepi kersaning Gusti
ngimpi dilamar satria pandawa kang bagus rupa
jare nakula jebul ketemune menak jingga
kencana wungu banjur mblenjani janji
mung kakang damarwulan sing tak goleki
ngimpiku saknyat pindah panggonan
kacarita nawang wulan ora kepengin bali ing khayangan
nuli wis dicepakake slendhang lan ageman
Jaka Tarub nyedhak karo lelingseman
Nawang wulan banjur kandha,
enggal dipundhut wae, kakang
rasah nganggo sayembara, aku sedya dari manungsa
nglabuhi tresna, urip rekasa
sarana laku ing jroning dharma
halah, padune wis kepengin rabi
sembarang crita dicampur dadi siji
halah, padune wis kepengin dadi manten
sembarang crita njur kalebur ing alam impen
dene saiki aku mung bisa narima ra kakehan nggrahita
tansah percaya suk satriaku mesti bakal teka
satria sing saiki nembe nedheng tapa brata
nggoleki ilmu kang sejati amrih goro-goroning ndoya bisa dileremi
Gusti Pangeran kang luwih mangerteni,
perkaraning urip, rejeki, jodho lan pati
Mugi Gusti paring tentreming ati, ngudi urip mukti pakarti
ana cecak ra nduwe weteng
jare widodari kok jebul sikile rangen
ana cecak kleleken klentheng
mugi tansah remen sedaya ingkang midangetaken
13 April 2011
ana sing ngiket tresna linambaran rasa seneng
budheku bakal mantu
anak wadon siji sing diantu-antu
mbak eviet sing moblong-moblong pindha bendara raden ayu
nanging jik kalah ayu nek dibandingake aku
ah, aku kok durung nemu
apa pancen kesuwen anggone nyaru
ing negara Matsya sak suwining telung windu
nakula ngabekti marang raja Wirata rina klawan wengi
direwangi dadi dharmagranti
ngurusi jaran minangka laku anggenepi kersaning Gusti
ngimpi dilamar satria pandawa kang bagus rupa
jare nakula jebul ketemune menak jingga
kencana wungu banjur mblenjani janji
mung kakang damarwulan sing tak goleki
ngimpiku saknyat pindah panggonan
kacarita nawang wulan ora kepengin bali ing khayangan
nuli wis dicepakake slendhang lan ageman
Jaka Tarub nyedhak karo lelingseman
Nawang wulan banjur kandha,
enggal dipundhut wae, kakang
rasah nganggo sayembara, aku sedya dari manungsa
nglabuhi tresna, urip rekasa
sarana laku ing jroning dharma
halah, padune wis kepengin rabi
sembarang crita dicampur dadi siji
halah, padune wis kepengin dadi manten
sembarang crita njur kalebur ing alam impen
dene saiki aku mung bisa narima ra kakehan nggrahita
tansah percaya suk satriaku mesti bakal teka
satria sing saiki nembe nedheng tapa brata
nggoleki ilmu kang sejati amrih goro-goroning ndoya bisa dileremi
Gusti Pangeran kang luwih mangerteni,
perkaraning urip, rejeki, jodho lan pati
Mugi Gusti paring tentreming ati, ngudi urip mukti pakarti
ana cecak ra nduwe weteng
jare widodari kok jebul sikile rangen
ana cecak kleleken klentheng
mugi tansah remen sedaya ingkang midangetaken
13 April 2011
Wewaler Pasukan Uler
Pasukan uler wis padha teka
Asale saka probolingga
Numpak jaran, sepur, mlayu, mibur tekan Ngayogyakarta
Nganti sumebar sakindhenging nuswantara
Nyerang manungsa kanthi nggawa senjata
Iki wus teka wadyabalane uler
Senjatane wulu kang marai gatel
Apa meneh yen kena wong sing turune ngiler
Uga sing males nyambut gawe isane mung thenger-thenger
Nggateli kabeh sapa wae sing padha urip keblinger
Tumekane pasukan uler
Mratandani alam ndonya wis awit owah
Tatanan ekosistem lan rante panganan wis padha bubrah
Eh, sing jarene wakil rakyat malah arep mbangun gedung mewah
Piye yen pada sidang wae ning tengah sawah
Tinimbang sidang mung dinggo nonton barang sing ra nggenah
Zaman mbiyen Gusti ngirimake manuk ababil kanggo nyerang raja abrohah
Saiki bisa wae ngirimake uler kanggo ngelingake wong kang serakah
Serakah marang alam lan ndonya kan dirusak goro-goro duwit
Moral budi kari dadi barang cilik kang ndelik kecepit
Uler wulu digoreng ing nduwur wajan
Sugih protein nalika wong cilik ra kuat mangan iwak amarga larang
Uler wulu ngemu wewaler, ngandhut pepiling
Manungsa iku kudu siap perang tandhing
Perang klawan nepsune dhewe kang kudu bisa dipithing
Dadi manungsa kudu tansah golek geni dedamaran
Aja mung ngumbar mburu senenging kadonyan
15 April 2011
Asale saka probolingga
Numpak jaran, sepur, mlayu, mibur tekan Ngayogyakarta
Nganti sumebar sakindhenging nuswantara
Nyerang manungsa kanthi nggawa senjata
Iki wus teka wadyabalane uler
Senjatane wulu kang marai gatel
Apa meneh yen kena wong sing turune ngiler
Uga sing males nyambut gawe isane mung thenger-thenger
Nggateli kabeh sapa wae sing padha urip keblinger
Tumekane pasukan uler
Mratandani alam ndonya wis awit owah
Tatanan ekosistem lan rante panganan wis padha bubrah
Eh, sing jarene wakil rakyat malah arep mbangun gedung mewah
Piye yen pada sidang wae ning tengah sawah
Tinimbang sidang mung dinggo nonton barang sing ra nggenah
Zaman mbiyen Gusti ngirimake manuk ababil kanggo nyerang raja abrohah
Saiki bisa wae ngirimake uler kanggo ngelingake wong kang serakah
Serakah marang alam lan ndonya kan dirusak goro-goro duwit
Moral budi kari dadi barang cilik kang ndelik kecepit
Uler wulu digoreng ing nduwur wajan
Sugih protein nalika wong cilik ra kuat mangan iwak amarga larang
Uler wulu ngemu wewaler, ngandhut pepiling
Manungsa iku kudu siap perang tandhing
Perang klawan nepsune dhewe kang kudu bisa dipithing
Dadi manungsa kudu tansah golek geni dedamaran
Aja mung ngumbar mburu senenging kadonyan
15 April 2011
Rabu, 13 April 2011
Thole Durung Wani Bali
Si Mbok ngudang Thole
Suk dadi apa kowe?
Si Mbok mbombong Thole
Suk dadi sarjana ya, Le
Migunani tumrap bangsa lan agamane
Wektu wus keplayu
Thole milih uripe dhewe
Dadi seniman lan pujangga
Urip ing kampuse, jroning gudang sumpek
Sing penting bisa kanggo micek
Thole nggarap proyek seni apa wae
Saka artistik teater, gawe puisi, cerpen,
Ora keri nglumpukake gombalan ukara kanggo para wanodya
Sing penting oleh duwit kanggo mangan
Ora ketang sedina mung pisan
Nganti purnama kang wis ora kaetung iki,
Thole durung wani bali
Nawang eyup edhume Si Mbok kang kaya ratri ing wanci wengi
Thole pancen durung wani bali
Sakdurunge bisa dadi anak lanang kang digegadhang
Thole isih bakal setya dadi seniman lan pujangga
Senajan urip sengsara, nanging bisa kanggo olah rasa
Dadia urip cinandra andha
kanggo oncat mring dhuwur budine manungsa
13 April 2011
Suk dadi apa kowe?
Si Mbok mbombong Thole
Suk dadi sarjana ya, Le
Migunani tumrap bangsa lan agamane
Wektu wus keplayu
Thole milih uripe dhewe
Dadi seniman lan pujangga
Urip ing kampuse, jroning gudang sumpek
Sing penting bisa kanggo micek
Thole nggarap proyek seni apa wae
Saka artistik teater, gawe puisi, cerpen,
Ora keri nglumpukake gombalan ukara kanggo para wanodya
Sing penting oleh duwit kanggo mangan
Ora ketang sedina mung pisan
Nganti purnama kang wis ora kaetung iki,
Thole durung wani bali
Nawang eyup edhume Si Mbok kang kaya ratri ing wanci wengi
Thole pancen durung wani bali
Sakdurunge bisa dadi anak lanang kang digegadhang
Thole isih bakal setya dadi seniman lan pujangga
Senajan urip sengsara, nanging bisa kanggo olah rasa
Dadia urip cinandra andha
kanggo oncat mring dhuwur budine manungsa
13 April 2011
Sawiyah Saktampah
Ing sawijing ndina
Kancaku ngudharake crita
Critane tanggane dhewe
Omahe kelepan lendhut, pinggir kali kae
Jenenge Lik Sawiyah
Nadyan jeneng katon cilik, wonge gedhe sak gajah
Lik Sawiyah ora bisa maneh ndhodhok
Keganjelan pupu gedhene sak tenggok
Kringete Lik Sawiyah mambu banget
Kaya telek pitik anget
Lenga wangi sak gendul ora bisa nyandhak
Bojone dhewe njur males nyedhak
Nasibe Lik Sawiyah
Sak ben ndina mung kipas-kipas klemah-klemah
Nganggo daster amoh amba saktampah
Ungkak ungkik angel olehe arep obah
Mula aja mung weteng sing digawe seneng
Mangan turu enggal sudanen
Jaman cen wis edan ra karuan
Sigra golekana kang bakal digawa sowan Pangeran
Iki crita mung reka-reka
Kajaba sempalan kang ora
Critane Lik Sawiyah kelemon awak
Yen ora pengen maca aja njur diguwak
12 April 2011
Kancaku ngudharake crita
Critane tanggane dhewe
Omahe kelepan lendhut, pinggir kali kae
Jenenge Lik Sawiyah
Nadyan jeneng katon cilik, wonge gedhe sak gajah
Lik Sawiyah ora bisa maneh ndhodhok
Keganjelan pupu gedhene sak tenggok
Kringete Lik Sawiyah mambu banget
Kaya telek pitik anget
Lenga wangi sak gendul ora bisa nyandhak
Bojone dhewe njur males nyedhak
Nasibe Lik Sawiyah
Sak ben ndina mung kipas-kipas klemah-klemah
Nganggo daster amoh amba saktampah
Ungkak ungkik angel olehe arep obah
Mula aja mung weteng sing digawe seneng
Mangan turu enggal sudanen
Jaman cen wis edan ra karuan
Sigra golekana kang bakal digawa sowan Pangeran
Iki crita mung reka-reka
Kajaba sempalan kang ora
Critane Lik Sawiyah kelemon awak
Yen ora pengen maca aja njur diguwak
12 April 2011
Selasa, 12 April 2011
Jula Juli Skripsweet Skripshit
Aku nduwe crita, critane para kadang lan kanca
Iki crita pancen ora dawa
Nanging bisa nggambarake lelakone para mahasiswa
Kang wis pengen lulus lan ngrasaake kahanan liya ndonya
Arep dadi sarjana pancen kudu wani rekasa
Aja gampang parno, teror horor ora gawe apa
Apa sing kadadean ora sah kakehan dirasa
Samubarang kang arep njegal dianggep wae mung lingsa
Skripsi lan revisi gawe ketar ketir ati
Arep ketemu dosen direwangi ra turu sewengi
Akeh sing depresi malah nganti delusi
Ngimpi rupa dosen malih dadi nggegirisi
Hey, Pak Dosen aja seneng gawe larane ati
Mahasiswamu meh mati anggone nggarap skripsi
Mbok yo dipenakne ben ndang lulus ben ndang rabi
Aku mung ngelingake aja nganti kena wales ing tembe mburi
Hey, Pak Dosen aku mung ngandhakake kahanan sing sanyatane
Mula aja nesu, gek dipenke anggone nyambut gawe
Mahasiswamu wis mbayar larang regane
Aja nganti mung proyek wae sing dadi urusane
Yo, mit yo, iki mung lagu jula juli
Ora karep dadi tembang sing bisa nglarani
Cukup semene wae apa kang tak critakne
Pangajab ati para kadang sutresna bakal bisa dadi semendhe
7 April 2011
Iki crita pancen ora dawa
Nanging bisa nggambarake lelakone para mahasiswa
Kang wis pengen lulus lan ngrasaake kahanan liya ndonya
Arep dadi sarjana pancen kudu wani rekasa
Aja gampang parno, teror horor ora gawe apa
Apa sing kadadean ora sah kakehan dirasa
Samubarang kang arep njegal dianggep wae mung lingsa
Skripsi lan revisi gawe ketar ketir ati
Arep ketemu dosen direwangi ra turu sewengi
Akeh sing depresi malah nganti delusi
Ngimpi rupa dosen malih dadi nggegirisi
Hey, Pak Dosen aja seneng gawe larane ati
Mahasiswamu meh mati anggone nggarap skripsi
Mbok yo dipenakne ben ndang lulus ben ndang rabi
Aku mung ngelingake aja nganti kena wales ing tembe mburi
Hey, Pak Dosen aku mung ngandhakake kahanan sing sanyatane
Mula aja nesu, gek dipenke anggone nyambut gawe
Mahasiswamu wis mbayar larang regane
Aja nganti mung proyek wae sing dadi urusane
Yo, mit yo, iki mung lagu jula juli
Ora karep dadi tembang sing bisa nglarani
Cukup semene wae apa kang tak critakne
Pangajab ati para kadang sutresna bakal bisa dadi semendhe
7 April 2011
Kamis, 07 April 2011
Pupusing Waspa
Kang,
Mangertia yen tresna iki dudu layangan
Ngambara ngambrang-ambrang
Nanging gampang tumangsang ing sakndhuwure wit gedhang
Apa sing tak rasa iki dudu tresna?
Aku babar pisan ora ngira yen bisa uwal saka sliramu
Tanpa japa mantra uga cara kang maneka warna
Tresna papras ora bisa njangkah
Jroning prahu lumampah tanpa welah
Tresna mung sadermo salahing salah
Kleru anggonku lumaku
Mampir marang atimu
Nanging Kang,
Ing madyaning samudra kahuripan
Tetep wewayanganmu sing isih bisa tak sawang
Sliramu tetep pujangga kang bisa nggegurit ing rasa
Dene sembarang kalir kang wus kacarita
Aku uga ora bisa nyalahake sapa-sapa
Ora ngira yen jebule iki dudu tresna sejatine
Mula critaku lan critamu bakal cuthel teka semene
00:54 WIB, 7 April 2011
Mangertia yen tresna iki dudu layangan
Ngambara ngambrang-ambrang
Nanging gampang tumangsang ing sakndhuwure wit gedhang
Apa sing tak rasa iki dudu tresna?
Aku babar pisan ora ngira yen bisa uwal saka sliramu
Tanpa japa mantra uga cara kang maneka warna
Tresna papras ora bisa njangkah
Jroning prahu lumampah tanpa welah
Tresna mung sadermo salahing salah
Kleru anggonku lumaku
Mampir marang atimu
Nanging Kang,
Ing madyaning samudra kahuripan
Tetep wewayanganmu sing isih bisa tak sawang
Sliramu tetep pujangga kang bisa nggegurit ing rasa
Dene sembarang kalir kang wus kacarita
Aku uga ora bisa nyalahake sapa-sapa
Ora ngira yen jebule iki dudu tresna sejatine
Mula critaku lan critamu bakal cuthel teka semene
00:54 WIB, 7 April 2011
Selasa, 05 April 2011
Belas Kasih di Tengah Mayat-Mayat Mereka
Dan di sinilah aku. Selatan namaku. Dimana matahari tak pernah terbit dan terbenam dalam diriku. Cahaya yang mengembara di tepi-tepi cakrawala. Menampungkan segala keheningan dan penderitaan. Menenggelamkan mereka. Orang-orang kalap bermulut besar yang mengaku penyelamat.(1)
Seharusnya aku tak perlu membuat malu kalian dengan belas kasihku, wahai musuh-musuhku. Tapi aku tak bisa mengabaikan luapan cinta ini yang begitu saja mengalir kepadamu. Aku begitu tersesat di tengah halaman-halaman buku. Dan orang-orang yang kutuju tak juga hendak menunjukkan jalan. Sibuk menjadi mabuk oleh keharuman para lawan. Sibuk dengan gunung-gunung keangkuhan yang semakin menjulang.
Mereka, kepada siapa aku bertanya? Orang-orang itukah? yang melihat terang dari diri kalian dan tak pernah melihat nyala dalam dirinya sendiri. Mereka, sekawanan domba yang menuliskan huruf-huruf berdarah di sepanjang perjalanannya.(2) Telah kujamu mereka di dalam gubukku. Sekerat kerinduan dan piala airmata. Lalu mereka pergi begitu saja tanpa merasa kenyang atau terhapuskan dahaga. Tubuh-tubuh itu hanyalah mayat yang mengabaikan jiwa. Merayakan kematian dibalut kelembutan awan. Betapa tolol kehidupan yang bergelayutan di ujung-ujung jari mereka. Belas kasihku hanya abai. Tergantung di akar-akar ombak yang menghempasmu ke pelukan siwa.
Di tengah bising ini aku menunggunya. Di tepian jembatan di antara jurang-jurang galau. Menempuh perjalanan, perjuangan, meringkuk lelah di rahim-rahim semesta.
(1)Kalimat ini ada dalam Sabda Zarathustra entah di bagian mana
(2)ibid.
Seharusnya aku tak perlu membuat malu kalian dengan belas kasihku, wahai musuh-musuhku. Tapi aku tak bisa mengabaikan luapan cinta ini yang begitu saja mengalir kepadamu. Aku begitu tersesat di tengah halaman-halaman buku. Dan orang-orang yang kutuju tak juga hendak menunjukkan jalan. Sibuk menjadi mabuk oleh keharuman para lawan. Sibuk dengan gunung-gunung keangkuhan yang semakin menjulang.
Mereka, kepada siapa aku bertanya? Orang-orang itukah? yang melihat terang dari diri kalian dan tak pernah melihat nyala dalam dirinya sendiri. Mereka, sekawanan domba yang menuliskan huruf-huruf berdarah di sepanjang perjalanannya.(2) Telah kujamu mereka di dalam gubukku. Sekerat kerinduan dan piala airmata. Lalu mereka pergi begitu saja tanpa merasa kenyang atau terhapuskan dahaga. Tubuh-tubuh itu hanyalah mayat yang mengabaikan jiwa. Merayakan kematian dibalut kelembutan awan. Betapa tolol kehidupan yang bergelayutan di ujung-ujung jari mereka. Belas kasihku hanya abai. Tergantung di akar-akar ombak yang menghempasmu ke pelukan siwa.
Di tengah bising ini aku menunggunya. Di tepian jembatan di antara jurang-jurang galau. Menempuh perjalanan, perjuangan, meringkuk lelah di rahim-rahim semesta.
(1)Kalimat ini ada dalam Sabda Zarathustra entah di bagian mana
(2)ibid.
Catatan Tentang
Tentang seorang lelaki yang menyebut dirinya selatan. Aku melihatmu semalam. Kau sedang bersaksi di atas panggung. Sebuah kesaksian tentang tiga pertunjukan teater yang telah kausaksikan. Katamu, kau suka menjadi selatan karena di selatan tidak akan pernah ada matahari terbenam. Dalam gerak tubuhmu, kau menjelma kecebong dalam sebuah akuarium besar, menjelma lelaki kenes yang menggelikan, sampai menjelma gila ketika sedang berada dalam pencarian.
Kamis, 31 Maret 2011
Setelah menonton pertunjukan Teater Super Menyenangkan di Padepokan Bagong Kusudhiarjo
Kamis, 31 Maret 2011
Setelah menonton pertunjukan Teater Super Menyenangkan di Padepokan Bagong Kusudhiarjo
Langganan:
Postingan (Atom)