Rabu, 10 Desember 2008

istana dengan tiang pengorbanan

Istana dengan Tiang Pengorbanan


Jalaluddin Rumi dalam Masnawinya pernah mengisahkan tentang seorang utusan dari Rum yang ingin bertemu dengan Khalifa Umar dalam perjalanannya menuju Medina. Ia membayangkan ketika sampai di batas kota, kubah istana Khalifa Umar pasti sudah kelihatan. Namun ia tidak menemukan istana seperti dalam banyangannya sampai ia harus bertanya dimana letak istana Sang Khalifa. Warga kota memberitahukan kepadanya bahwa Khalifa tidak memiliki istana. Jiwanya yang besar, megah dan bercahaya—itulah istananya.

Melihat secara langsung elite politik kita sedang bersidang di istananya menjadi sebuah pengalaman yang menarik bagi kami (mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan UGM angkatan 2006). Kami berkesempatan untuk mengikuti sidang paripurna dengan agenda: Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi terhadap Nota Keuangan RAPBD Tahun Anggaran 2008 yang diselenggarakan pada tanggal 8 Desember lalu. Banyak hal yang bisa kami peroleh selama mengikuti sidang tersebut. Seluruh fraksi yang terdiri dari Fraksi PDIP, F-PAN, F-PKS, F-Golkar dan F-Demokrat menyampaikan pemandangannya masing-masing. Beberapa diantaranya konsen terhadap permasalahan pariwisata, perkotaan, kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan sebagainya.

Secara umum, parlemen di Indonesia menjadi salah satu kajian yang menarik ketika dihadapkan pada berbagai benturan kepentingan yang mendasari setiap perilaku dewan. Beberapa uraian dalam tulisan ini ingin mengulas hal tersebut dengan sedikit terlepas dari batasan ruang yaitu DPRD kota Yogyakarta yang menjadi inspirasi dalam tulisan ini.


Pelaksanaan Fungsi Anggaran

Fungsi penganggaran menjadi instrumen penting dalam pelaksanaan fungsi dewan di samping fungsi legislasi dan pengawasan. Meskipun dalam pelaksanaan fungsinya ini, sering terlihat adanya berbagai bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan anggaran yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Sekilas tampak dalam substansi yang disampaikan para wakil fraksi bahwa kebijakan yang diajukan untuk penggunaan anggaran tahun depan sudah mencerminkan kehendak dan aspirasi rakyat. Namun bagaimana penggunaan dan implementasinya nanti, rakyat masih harus menunggu untuk melihat realisasinya.

Tak bisa disalahkan bahwa konstruksi masyarakat sekarang sangat dipengaruhi oleh mahzab materialisme dimana segala tindakan selalu didasarkan pada pencapaian materi. Materi menjadi semacam tujuan hidup yang dicari-cari sekian banyak orang. Cara-cara yang melanggar hukum pun sudah menjadi hal yang wajar dilakukan untuk mencapai tujuannya. Teori pilihan rasional menyatakan bahwa setiap individu memiliki kepentingan pribadi yang elastis. Namun apakah pilihan individu tersebut merupakan pilihan terbaik bagi kelompoknya? Hal ini juga yang banyak mendasari pola berpikir para anggota dewan kita dimana perda yang dihasilkan bisa menjadi yang terbaik bagi dirinya, fraksi, rakyat, parpol atau aktor yang lain.

Kepentingan individu dewan dengan rakyat yang saling bertentangan inilah yang kadang menjadi dilema tersendiri, terutama dalam menjalankan fungsi penganggaran. Permasalahan materi menjadi suatu masalah yang sangat rentan terhadap berbagai bentuk penyelewengan. Tindakan yang kemudian dilakukan para anggota dewan bisa dibilang menjadi suatu bentuk pengkhianatan terhadap rakyat ketika anggaran yang seharusnya digunakan untuk kepentingan rakyat justru digunakan untuk kepentingan diri pribadi. Banyak sekali kasus yang membuktikan hal ini. Sebut saja beberapa kasus perjalanan dinas dan kunjungan daerah para dewan yang banyak disalahgunakan. Dalam mencapai tujuan materi inilah justru muncul berbagai kreativitas dan inisiatif yang diajukan dalam perumusan kebijakan anggaran. Bukan demi rakyat tapi demi pemenuhan kebutuhan individu.


Perilaku Dewan

Tak hanya menyangkut permasalahan anggaran, kunjungan kami juga sekaligus ingin memotret secara langsung perilaku dewan yang telah banyak diberitakan. Namun karena sidang yang kami ikuti adalah sidang paripurna maka tak banyak perilaku dewan yang bisa kami potret di sini. Kami disambut dengan alunan lagu kenangan ketika menginjakkan kaki pertama kali dalam ruang sidang sebelum acara dimulai. Sebuah ruangan dingin dengan cahaya lampu yang temaram. Sidang berjalan dengan lancar meski dimulai setelah terlambat satu jam dari waktu yang sudah dijadwalkan. Selama berjalannya sidang, beberapa orang anggota dewan tampak malas mengikuti. Mungkin juga hal ini terkait dengan waktu sidang yang kebetulan malam Minggu. Beberapa diantaranya sibuk dengan telepon genggam mereka. Dan di tengah sidang, dua orang anggota dewan keluar hanya untuk merokok. Untung juga tak ada anggota dewan yang tidur nyenyak saat sidang seperti yang banyak dipotret di televisi. Perilaku politik dewan memang tak banyak terlihat dalam sidang paripurna karena segala proses politiknya telah diselesaikan dalam rapat komisi dan panita anggaran.

Perilaku dewan menjadi kajian yang menarik ketika mereka menjalankan fungsinya sebagai seorang politikus dan bukan seorang negarawan. Anehnya juga, perilaku dewan cenderung diasumsikan sebagai cerminan dari institusi sehingga ketika hanya satu orang yang tidur saat sidang, bisa berdampak pada citra dewan secara keseluruhan. Seorang anggota dewan seharusnya bisa memposisikan diri sebagai seorang negarawan dimana segala tindakan yang dilakukan merupakan bentuk akuntabilitas terhadap amanah rakyat. Sedangkan seorang politisi hanya akan memikirkan pemilu yang akan datang. Perilaku seorang anggota dewan mau tidak mau menjadi sebuah kaca mata untuk melihat seberapa jauh pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam menjaga amanah para konstituennya.

Meskipun apa yang kami dapatkan dari pengalaman menyaksikan sidang paripurna tak bisa mengatakan banyak hal, namun secara umum bisa kami simpulkan bahwa tindakan dewan sebagian besar masih banyak dipengaruhi oleh kepentingan individu daripada kepentingan rakyat.

Kehangatan suasana hari raya Idul Adha yang baru saja berlalu masih terasa. Momen tersebut seharusnya bisa memberi sedikit pelajaran. Anggota dewan seharusnya bisa memaknai hari raya kurban lebih dari sekadar kewajiban untuk berkurban beberapa ekor kambing atau sapi melainkan juga wajib mengorbankan kepentingan pribadi mereka demi menjalankan amanah rakyat. Rakyat telah membangunkan sebuah istana yang megah untuk mereka. Sekarang tinggal bagaimana para anggota dewan kita membangun istana hatinya masing-masing. Menghiasi dan memperkokohnya dengan tiang pengorbanan agar bisa melebihi keindahan istana hati Khalifa Umar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar